Semua Butuh Waktu, dan Jikalau Rindu Tidak Harus Bertemu ‘kan?

Jurnalis: Inayah
Editor: Muhammad Ilka Adhim Al Fatih

Potret gadis yang tengah duduk sendirian ditemani sosok yang tak kasat mata (Sumber: Pinterest)

Bagian 1: Musim Semi Sudah Berlalu

20 Maret 2012

Musim semi pertama tahun ini, terlihat seorang gadis kecil yang berlarian di taman yang dipenuhi bunga yang bermekaran indah. Gadis kecil itu sangat bahagia terlihat dari raut wajah dan senyum mengembang di bibirnya yang menawan. Mata bulat indah itu mampu menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang datang untuk melihat bunga yang sedang bermekaran di musim semi ini.

“Aiii…. Airaaa,” terdengar suara keras seorang pria dewasa dari kejauhan memanggil gadis yang sedang berlarian itu.

“Ya, Ayah,” jawab Aira sambil menoleh ke belakang. Menatap seorang pria dewasa yang tengah berdiri di bawah pohon Wisteria yang bermekaran mengeluarkan bau harum semerbak.

“Ayo pulang, Ibu sudah menunggu di rumah,” ujar Sang Ayah sembari menghampiri Aira yang sedang berjongkok dan terlihat ingin memetik bunga tulip di sampingnya. Tapi sebelum memetik bunga itu, ayahnya kembali bersuara

“Jangan dipetik bunganya, Ai,” kata Ayah sembari mengangkat dan mengendong gadis kecil itu

“Memang kenapa yah?” balas sang gadis kecil

“Bunganya cantik, Ai mau bawa pulang untuk Ibu,” lanjutnya.

“Ai tidak perlu membawa pulang bunganya, nanti kita ajak saja Ibu ke sini,” bujuk Ayah.

“Kalo Ai petik nanti bunganya layu dan nggak cantik lagi deh,” lanjutnya.

“Hum… ya sudah, nanti kita ke sini lagi bareng Ibu ya, Yah,” pinta Aira kepada Sang ayah.

“Tentu saja, tuan putrinya Ayah,” jawab Ayah tak lupa memberikan kecupan di pipi dan kening gadis kecil itu.

Sambil menggendong putrinya, pria tersebut berjalan melewati jutaan bunga bermekaran. Terlihat sesekali Sang Ayah melontarkan lelucon yang membuat keduanya tertawa, pemandangan yang cukup hangat untuk dilihat. Tak berselang lama terdengar suara…

BRAKK

Suara benda jatuh menghantam lantai kamar yang berukuran 5x5. Kamar yang ditempati oleh seorang gadis yang terlihat bangun dari tidurnya dalam keadaan terkejut karena mendengar suara keras.

Benda yang jatuh itu ternyata foto keluarga yang ia pajang di dinding samping jendela kamar kosnya. Dia melihat ke arah jendela, ternyata di luar turun hujan disertai angin kencang, ia lupa menutup jendela sehingga angin masuk ke dalam kamar diiringi butiran-butiran air hujan.

“Mimpi itu lagi,” suaranya lirih, sambil menutup jendela.

“Aku rindu, Yah,” lanjutnya.

Karena di luar hujannya semakin deras Aira buru-buru menutup jendela kamarnya, lalu dia berjalan ke pintu kamar untuk mengambil sapu yang berada di samping pintu. Sekembalinya mengambil sapu, dia mulai membersihkan pecahan kaca yang berserakan di lantai.

Aira duduk jongkok di depan bingkai kaca yang pecah. Nampak seorang anak kecil yang digendong oleh seorang pria dewasa dan di sampingnya berdiri seorang wanita dewasa tersenyum bahagia di depan kamera yang berlatarkan taman bunga yang indah.

“Musim seminya sudah usai,” ujar Aira dengan lirih sambil menatap kearah foto itu.

“Sekarang sudah masuk musim hujan, Yah,” lanjutnya

Setelah Aira selesai membersihkan pecahan kaca, dia kembali berjalan menuju tempat tidurnya.

Dia duduk di atas kasur sambil melihat ke arah luar jendela dengan tatapan rindu, teringat akan mimpinya tadi.

Detik demi detik, menit demi menit tak terasa dia sudah duduk terdiam menatap keluar selama satu jam lamanya.

Dia menatap ke arah jam dinding di tembok yang sudah menunjukkan pukul 01.15 dini hari, karena sudah larut malam gadis itu memutuskan untuk tidur kembali. Karena dia membutuhkan banyak tenaga untuk menyambut hari esok dengan senyum palsu itu lagi.

 

Bersambung…     

Lebih baru Lebih lama