Editor: Hawa Riyatin Zahra
Ilustrasi peyorasi pada kata “anjing”. (Sumber: Istimewa/FLF) |
Rencang.id – Dalam percakapan yang kita lakukan dengan orang lain, sering kali kita menggunakan banyak istilah. Baik itu sebagai upaya mendeskripsikan sesuatu secara efisien atau sekadar menyebutkan. Namun pernahkah kamu mendapati kata yang memiliki lebih dari satu makna? Atau bahkan berubah makna?
Perubahan makna ini sering terjadi di era sekarang, khususnya di dunia maya. Mengapa demikian? Ini dikarenakan dunia maya menjadi tempat yang sangat dinamis dan penuh akan interaksi yang beraneka ragam. Penyebaran informasi dan kata-kata terjadi secara instan, lintas wilayah, dan tanpa filter. Hal ini membuat makna suatu kata bisa bergeser dalam hitungan minggu atau bulan.
Perubahan makna kata ini sudah lebih dulu dijelaskan dalam ilmu semiotika di linguistik. Perubahan makna kata ini disebut dengan istilah peyorasi dan ameliorasi.
Peyorasi sendiri berasal dari bahasa Latin, pejorare yang artinya “memburuk”. Istilah ini mengacu pada proses berubahnya makna kata menjadi pemaknaan yang lebih negatif. Contohnya pemaknaan pada kata “anjing” dan “monyet”.
Dua kata tersebut sebelumnya hanyalah kata literal untuk menyebutkan hewan. Namun, lain halnya di era sekarang, kata “anjing” dan “monyet” lebih sering dijadikan sebagai kata umpatan atau makian.
Selain itu, kata “receh” juga mengalami perubahan pemaknaan. Dulu, kata “receh” mengacu pada uang kecil. Tapi sekarang, kata ini punya pemaknaan lain yang mengacu pada penggambaran suatu hal yang murahan atau tidak penting.
Kemudian, ameliorasi yang juga berasal dari bahasa Latin, meliorare yang artinya “memperbaiki” atau “membuat lebih baik”. Istilah ini kebalikan dari peyorasi, yang mana merupakan proses perubahan makna kata menjadi lebih positif.
Kata “sultan” bisa menjadi contoh dari ameliorasi ini. Kata “sultan” awalnya merujuk pada penguasa kerajaan Islam. Tapi di era sekarang ini, “sultan” berubah pemaknaan menjadi seseorang yang kaya raya atau dermawan.Ilustrasi ameliorasi pada kata “sultan”.(Sumber: Istimewa/FLF)
Lalu, apakah peyorasi dan ameliorasi menjadi hal yang merusak bahasa?
Tidak selalu. Peyorasi dan ameliorasi lebih mencerminkan pada bagaimana cara masyarakat menggunakan dan memaknai kata-kata sesuai dengan budaya, kebiasaan, atau keadaan sosial mereka. Ketika suatu kata sering digunakan dalam konteks negatif, bercanda, atau sarkasme, maka akan mempengaruhi makna yang melekat pada kata tersebut.
Kata-kata yang berubah maknanya (baik peyorasi atau ameliorasi) adalah bagian dari cara kita berekspresi. Hal tersebut tidak selalu buruk. Perubahan tersebut akan terus terjadi baik di dunia nyata, maupun di dunia maya. Yang perlu diingat adalah bagaimana kita lebih bijak dan berhati-hati dalam pemilihan dan penggunaan kata agar tidak menimbulkan masalah.