Mengapa Memilih Mendaki untuk Melepas Penat? Kan Bikin Capek Juga

Jurnalis: Ella Dwi Amelia
Redaktur: Hafidz Dipo Salam

Ilustrasi aktivitas mendaki gunung. (Sumber: https://www.nysnmedia.com/)

Rencang.id – Seperti yang kita tahu, mahasiswa sering terperangkap dalam rutinitas yang padat dan melelahkan. Stres dan kejenuhan seringkali menghampiri di sela-sela kesibukan tersebut. Tak jarang, banyak mahasiswa yang memutuskan untuk berlibur sejenak guna menghilangkan penat.  

Setiap orang pasti memiliki cara masing-masing untuk mengatasi kejenuhan. Mereka memilih untuk melakukan hobi atau kegiatan yang mereka senangi sebagai sarana melepas stres. Ada yang menonton konser atau film, jalan-jalan di mal, bahkan melakukan aktivitas di alam bebas.  

Menonton atau sekadar jalan-jalan mungkin sudah menjadi aktivitas yang biasa dilakukan orang-orang. Hal ini karena aktivitas tersebut tidak memerlukan tenaga ekstra. Namun, bagaimana dengan aktivitas di alam bebas? Seperti mendaki gunung, misalnya.  

Lalu, bagaimana mendaki bisa menjadi pilihan untuk melepas penat? Bukankah mendaki gunung termasuk aktivitas yang melelahkan? Untuk menjawab ini, reporter Rencang.id berhasil mendapatkan keterangan dari Abyan, mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta, yang hobi mendaki gunung.

Pada tahun 2024 ini saja, ia sudah berhasil menaklukkan lebih dari sepuluh gunung, lho, Sobat Rencang. Gacor banget, ya?  

Berikut adalah cerita Abyan tentang bagaimana mendaki gunung menjadi cara dia untuk healing!

1. Lelah Terbayar oleh Pemandangan Indah  

Abyan mengatakan bahwa mendaki gunung memang melelahkan. Namun, dengan mendaki gunung, ia bisa melupakan masalah yang sedang dihadapi. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa mendaki memberikan kesempatan untuk menikmati pemandangan indah yang tidak semua orang bisa dapatkan.  

“Ketika aku naik gunung, yang aku rasakan memang capek. Tapi, banyak hal yang bisa aku lupakan. Aku lebih fokus ke proses perjalanan menuju puncak, bukan memikirkan masalah-masalah yang ada di kampus,” ujarnya saat dimintai keterangan via WhatsApp.  

“Di gunung, aku bisa berjalan, dan ketika sampai di puncak, melihat pemandangan itu adalah kebahagiaan tersendiri. Duduk diam menikmati sunrise (matahari terbit) atau sunset (matahari terbenam) dengan lautan awan, itu adalah momen yang nggak semua orang bisa rasakan,” tambahnya.

2. Suasana Sepi yang Memberikan Ketenangan  

Saat ini, kita tak pernah lepas dari gadget. Meskipun benda mati, gadget terkadang bisa menambah beban pikiran. Banyak hal yang bisa dijangkau melalui gadget, termasuk hal-hal yang ingin kita hindari.  

Itulah mengapa mendaki gunung menjadi pilihan bagi Abyan untuk melepaskan diri dari layar gadget dan merasakan ketenangan alam tanpa ada gangguan. Tak bisa dipungkiri, sebagai manusia kita juga perlu memberi waktu untuk beristirahat dari gadget.  

“Di gunung nggak ada sinyal (gak bisa terima pesan atau telepon), ya, itu yang aku rasakan. Karena aku pribadi lebih senang dengan suasana yang sepi dan tenang,” ujarnya.

3. Memilih Mendaki Gunung sebagai Cara Me-Time  

Istilah "me-time" pastinya sudah tidak asing lagi, terutama di kalangan Generasi Z, yang sering menyisihkan waktu untuk diri sendiri. Me-time adalah waktu yang digunakan untuk diri sendiri dan menyenangkan diri sendiri.  

“Buat aku, me-time-ku adalah naik gunung. Di sana aku bisa nggak berinteraksi dengan banyak orang dan punya waktu untuk diri sendiri,” jelas Abyan.  

“Di kota atau di kerumunan, aku sering harus berinteraksi dengan banyak orang, yang menurutku cukup melelahkan. Memikirkan kepentingan dan tanggung jawab itu juga menguras tenaga,” tambahnya.

Nah, inilah alasan Abyan suka mendaki gunung: sebagai cara untuk memberikan ruang dan waktu pada dirinya tanpa gangguan dari orang lain. Kalau Sobat Rencang, gimana, nih, cara me-time-nya?

4. “Ya, Karena Itu yang Aku Suka”  

Sobat Rencang pasti sering mendengar kalimat “Cinta tanpa alasan”, bukan? Kalimat ini mungkin bisa menggambarkan kecintaan Abyan terhadap aktivitas yang bagi sebagian orang terdengar melelahkan ini.  

Abyan menjelaskan bahwa meskipun merasa lelah, penat yang ia rasakan bisa hilang saat mendaki gunung. Hal ini karena ia memang menyukai kegiatan tersebut.  

“Dan mengapa mendaki gunung bisa menghilangkan penat? Ya, karena itu yang aku suka,” jawabnya dengan santai.

Aktivitas mendaki gunung digemari banyak orang karena alasan tertentu bagi mereka yang melakukannya. Tidak heran, meskipun melelahkan, banyak orang menjadikannya sebagai pelepas penat. Selain sebagai cara untuk healing, mendaki juga memiliki manfaat lain, seperti menghilangkan stres, menjadi sarana olahraga yang menyenangkan, dan masih banyak lagi.  

Tertarik untuk mencoba?

Lebih baru Lebih lama