Jadi Santapan Warga Gunung Kidul, Ulat Jati: Alamak!

Jurnalis: Aulia Novia Ramadhani
Editor: Najla Firishta Alhadar 

Ulat jati yang bergelantungan melalui serat-serat yang dihasilkannya. (Sumber: Elshinta.com)

Rencang.id  Ulat jati banyak bertebaran pada awal musim penghujan di daerah Gunung Kidul menjadi fenomena yang menarik. Pasalnya, kemunculan ulat ini bisa sangat masif dan totalnya ribuan. Jumlahnya yang tidak terhitung jari tersebut tentunya menimbulkan keresahan bagi para pengguna jalan.

Salah seorang pengguna jalan, Nabila, menceritakan pengalamannya menerjang ribuan ulat-ulat jati tersebut. “Di jalan sudah menunduk, tetapi tetap saja terkena. Menempel di baju. Terganggu dalam perjalanan, tetapi seru karena (memang) pengalaman pertama,” ujarnya santai.

Ulat jati atau nama lainnya ngengat jati tersebut banyak ditemukan bergelantungan di dahan-dahan pohon jati. Meskipun jumlahnya banyak, diketahui ulat jati tersebut tidak menimbulkan efek gatal pada tubuh. “Beruntung ulat tersebut tidak gatal, meskipun cukup mengejutkan karena jumlahnya yang sangat banyak,” lanjutnya.

Fenomena ulat jati ini muncul sudah menjadi annual event bagi warga sekitar. Nabila menjelaskan, ulat-ulat ini mencari tempat yang nyaman untuk melakukan metamorfosisnya menjadi serangga kupu-kupu.

Menggunakan serat-serat yang mirip sutra, ulat-ulat tersebut akan menyebar dan kemungkinan mendarat ke tanah. “Lewat benang-benang (serat-serat mirip benang yang dihasilkan ulat) tadi, ulat tersebut menggelantung. Nanti biasanya akan jatuh lalu proses menjadi kupu-kupu,” jelasnya saat ditanyai lewat wawancara online pada Sabtu, (23/11/2024).

Ibarat pepatah, when life gives you lemon, make lemonade. Warga sekitar tidak ambil pusing mengenai kemunculan larva dengan nama latin Hyblaea Puera ini.

Mereka (warga sekitar) bahkan mengolah ulat jati sebagai kuliner musiman, tentunya karena kemunculannya yang hanya beberapa minggu saja. “Kaget, ulat-ulat tadi dimasak warga sekitar. Proteinnya tinggi,” ungkap Nabila.

Hal ini dibenarkan oleh Ahli Serangga dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian UGM, Suputa. Dikutip dari pandangan jogja, Saputra menjelaskan bahwa ulat jati sudah biasa dan aman dikonsumsi.

Kandungan protein dari larva ini bisa mencapai 60% dan bersih karena makanannya hanya dedaunan. Masih dalam artikel yang sama, Sekretaris Dinas Pertanian Gunung Kidul Raharjo Yuwono, menerangkan ulat jati tidak merusak perkebunan dan edible.

Lebih baru Lebih lama