Redaktur: Najla Firishta Alhadar
Aqila sedang menjaga stand lilin aroma terapi di Ngarsopuro Night
Market, Solo, Sabtu (26/10/2024). (Sumber: Istimewa/APW) |
Rencang.id – Berwirausaha menjadi salah satu opsi pekerjaan sambilan
mahasiswa. Seorang mahasiswi program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)
UIN Raden Mas Said Surakarta, Adinda Azizah Putri, yang sekaligus pemilik usaha
lilin aromaterapi Natureline mengaku pernah meraup omzet penjualannya tembus 100
juta selama sebulan. Bahkan produknya saat ini sudah merambah hingga ke
mancanegara.
“Kemarin sampai ke Saudi Arabia, terus ke Eropa, ada yang
kecil-kecil lewat Shopee itu ke Malaysia sama Singapura,” kata Adinda saat
ditemui di Ngarsopuro Night Market (26/10/2024).
Natureline sendiri didirikan oleh kedua orang tuanya sejak tahun
2008 lalu di Boyolali, Jawa Tengah. Awal mula memulai bisnis ini karena dulu
ayahnya pernah bekerja di pabrik pengolahan lilin di Bekasi, Jawa Barat.
Setelah pindah ke Solo, ayahnya merintis bisnis lilin aromaterapi kecil-kecilan.
“Waktu itu Ayahku
keluar dari pekerjaannya di Bekasi dan sudah mempelajari dengan baik tentang
dasar-dasar pembuatan lilin. Lalu beliau menggunakan ilmu tersebut saat pindah
ke Solo, dan akhirnya membuat bisnis rintisan lilin aromaterapi,” jelas Adinda.
Produk Natureline berupa lilin aromaterapi, reed diffuser hingga body parfume yang dijual di Ngarsopuro Night Market, Solo, Sabtu (26/10/2024) malam. (Sumber: Istimewa/APW). |
Selain lilin aromaterapi, Adinda juga menjual berbagai macam produk
wewangian seperti reed diffuser, essential oil, pengharum ruangan, linen spray, dan juga
parfum badan. “Jadi kami membuat macam-macam produk yang masih seputar
wewangian. Nggak beda jauh dari wewangian lainnya,” tambahnya.
Untuk produk
lilin aromaterapi dijual dengan harga Rp15.000 per buah, sedangkan untuk body
parfume dijual dengan harga Rp30.000 per botol. Ada berbagai macam varian
aroma lilin. Varian paling best seller adalah vanilla, lavender, dan sandalwood.
Adinda
mengatakan, awal usaha lebih banyak berjualan offline di Ngarsopuro
Night Market dan di rumahnya Boyolali, Jawa Tengah. Kemudian, lama-kelamaan
setelah banyak dikenal orang saat berjualan lewat online shop.
“Kalau offline
store di Solo (Night Market) sama di rumah (Boyolali). Online
seperti di Shopee, TikTok, Tokopedia, Lazada. Sama ikut event-event,
pameran, gitu-gitu,” ujarnya.
Mahasiswi KPI
UIN Raden Mas Said Surakarta ini membagikan ceritanya bahwa sering menghadapi
tantangan selama menjalankan bisnis keluarganya ini. Salah satunya kompetitor
yang semakin banyak. “Sekarang yang produksi kaya gini mulai banyak.
Jadi ya gimana cara kita (Natureline) bisa tetap hidup di tengah banyaknya produk-produk
lilin ini, terus ya itu sih mempertahankan pasar.”
“Tapi alhamdulillah
Natureline sendiri setelah sekian lama membangun brand, kita jualan di
sini dari tahun 2009 dan sekarang udah mulai kerasa (dikenal). Pelanggan-pelanggan
yang ke sini udah mulai bolak-balik (membeli) gitu loh,” tambah Adinda.
Saat ini tren lilin aromaterapi kian banyak diminati masyarakat. Aroma menenangkan dari lilin aromaterapi menjadi salah satu cara ampuh untuk membantu merilekskan pikiran setelah seharian beraktivitas. Tentu saja hal ini bisa menjadi peluang cuan bagi para pengusaha.