Editor: Najla Firishta Alhadar
Tren doom spending mulai menyasar kalangan Gen Z yang menyebabkan peningkatan risiko kemiskinan. (Sumber: Pexels) |
Rencang.id - Doom spending, sebuah istilah baru yang kini semakin
populer di kalangan masyarakat, terutama di generasi muda seperti Generasi Z
(Gen Z) dan Milenial.
Istilah ini pertama kali muncul di media
sosial dan semakin dikenal setelah sebuah survei yang dilakukan oleh Intuit
Credit Karma pada November 2023. Ini diartikan sebagai kebiasaan perilaku
menghabiskan uang secara impulsif dan tidak bijaksana, yang seringkali dipicu
oleh kecemasan terhadap kondisi ekonomi, ketidakpastian masa depan, dan tekanan
hidup sehari-hari.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa
sebanyak 27% masyarakat Amerika mengakui bahwa mereka melakukan doom spending
untuk mengalihkan perasaan cemas dan mengatasi stress dengan berbelanja sebagai
upaya meredakan tekanan emosional.
Dalam hal ini, Gen Z merupakan salah satu
kelompok yang paling terdampak oleh tren doom spending. Berdasarkan data
dari Tech.co, sebanyak 33% dari Gen Z dan 34% dari
milenial mengatakan bahwa pengeluaran mereka meningkat dalam enam bulan
terakhir.
Perilaku doom spending rawan
menyasar Gen Z karena mereka memiliki sifat konsumtif dan sulit menahan
keinginan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan, hanya
karena sebuah barang yang mereka anggap lucu dan menarik.
Selain itu, kemudahan belanja melalui media
online, pengaruh iklan dan kebutuhan validasi yang tinggi membuat Gen Z rawan
terperangkap dalam perilaku doom spending ini. Alih-alih menabung
uangnya untuk investasi di masa depan, Gen Z banyak mengeluarkan uangnya untuk
beli tiket konser yang harganya bisa melebihi kebutuhan pokok dan membeli
barang-barang yang viral.
Doom spending bahkan memicu kebiasaan untuk mengeluarkan
uang yang lebih banyak dari penghasilannya. Hal ini membuat Gen Z tak segan
untuk melakukan pinjaman online (Pinjol).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) pada bulan April 2024 yang dilansir dari cnbcindonesia.com, menyebutkan Gen Z menempati urutan tertinggi
dari total outstanding pinjaman perseorangan berdasarkan usia yakni
hampir menyentuh Rp29 triliun. Gen Z juga mendominasi dalam kredit macet (telat
bayar melebihi 90 hari) dari total outstanding pinjol dengan total
sebesar Rp667,10 miliar.
Perilaku doom spending tanpa
disadari memberikan pengaruh yang dapat memperburuk masalah keuangan pribadi. Pengeluaran
dan ketergantungan yang berlebihan terutama pada hal-hal yang tidak diperlukan justru
mengakibatkan mereka terjerumus ke dalam utang.
Oleh karena itu, Gen Z diharapkan untuk
tidak terlalu mudah mengikuti tren dengan mengeluarkan uang hanya untuk
memenuhi keinginan sesaat. Akan tetapi, pentingnya untuk selalu memperhitungkan
kemampuan finansial, sebab semakin banyak pengeluaran, maka semakin besar pula
tekanan finansial yang akan dirasakan.
Baca Juga: Malaysia Siap Jadi Negara Maju 2025,
Bagaimana dengan Indonesia?