Editor: Hawa Riyatin Zahra
Ilustrasi kupon undian berhadiah dan dua orang yang merasa kurang
baik. (Sumber: Ilustrator Rencang.id/APA) |
Rencang.id - Pernah
menjumpai ungkapan di atas? Pasti, dong. Biasanya, kalimat tersebut tertulis di
kemasan jajanan berhadiah yang banyak ada di warung-warung. Semasa kecil,
ketika mendapatkan bungkus bertuliskan kalimat “Maaf, anda belum beruntung
silakan coba lagi”, banyak dari kita akan merasa kesal dan kecewa.
Namun, keesokan harinya akan tetap membeli jajanan yang sama,
pokoknya sampai mendapatkan kalimat “Selamat anda beruntung” yang biasanya
berisi mainan atau uang perak. Memang sih, keberhasilan tersebut kecil, tetapi
usahanya mendapatkannya yang bukan main.
Ngomong-ngomong soal kurang beruntung, ada pepatah bilang begini, “Gagal
itu kunci kesuksesan”. Thomas Edison aja, si pencipta bola lampu, perlu ribuan
kali gagal untuk bisa dipanggil si pencipta bola lampu. Dalam kehidupan
sehari-hari pun, kegagalan selalu menyertai keberhasilan.
Tidak dapat dihalangi dan dihindari, keduanya sudah sepaket dalam
kotak pandora kehidupan. Tentu saja, setiap kegagalan yang telah dilalui
menjadi jembatan terkokoh untuk kita belajar dan mengembangkan diri.
Seringkali sebagai manusia kita merasa kecewa dengan kenyataan
bahwa kita sedang gagal. Gagal masuk PTN favorit, gagal bikin usaha, hingga
gagal dalam asmara. Semua kegagalan itu memaksa kita untuk menelan pahitnya
realita. Perasaan kesal, sedih, dan kecewa tentu hal yang maklum untuk
dirasakan. Namun, bukan berarti kegagalan menjadi akhir dari segalanya, kan?
Berkaca dari perasaan negatif tersebut, kita perlu punya motivasi
kuat untuk tetap bertahan. Tetap kokoh berdiri meski badai salju lebat
berbentuk kegagalan dan penolakan menghampiri kita. Untuk memperkokoh pilar
pertahanan tersebut, kayaknya berlapang dada dengan kegagalan merupakan hal
pertama yang bisa kita lakukan.
Memvalidasi perasaan kesal, sedih, dan kecewa kemudian berdamai
dengan keadaan. Ini adalah langkah berani yang akan membawa kita pada
kedewasaan diri. Tentunya, menghargai usaha diri menjadi bumbu manis di dalam
fase ini.
Setelah selesai dengan masa berduka itu, nampaknya kita bisa mulai
untuk membuka diri dengan kritik dan saran dari orang lain. Jangan ragu
untuk berbagi cerita dan pengalaman dengan mereka. Dukungan sosial juga perlu
untuk kesehatan pikiran kita. Penting untuk kita meluangkan wadah untuk
menyaring kritik dan saran yang diberikan.
Ketika kritik yang diberikan hanya hal yang akan mematahkan
semangat, tentu saja perlu kita buang jauh-jauh. Sebaliknya, kritik dan saran
yang membangun mungkin dapat memberikan kita ilmu baru dan peluang keberhasilan
yang lebih besar di masa mendatang.
Layaknya teori burn toast, yang bilang bahwa
kegagalan atau kemunduran ternyata bisa menyelamatkan kita. Rintangan-rintangan
yang mungkin menghalangi kita, mungkin saja membawa pada jalan yang lebih baik.
Terkadang, tertinggal dan berjalan lebih pelan daripada yang lain
itu tidak apa-apa. Malah, kita bisa lebih menikmati pemandangan yang ada di
sekitar kita. Daripada terburu-buru dan tidak berhati-hati sehingga bisa jatuh
kapan saja, tentu jauh akan lebih sakit rasanya. Iya, ‘kan?
Berbekal dengan pemahaman tersebut, rasanya sudah waktunya
untuk we back on the track. Membuat plan dan misi baru untuk
kembali bangkit. Perencanaan ulang dan strategi baru yang relevan tentunya akan
membuat perubahan yang lebih baik.
Selain itu, kesiapan mental yang mantap sangat diperlukan. Ia akan
membawa keyakinan pada usaha-usaha yang telah kita upayakan. Refleksi diri dan
memperbaiki kekurangan inilah cara terbaik kita belajar dari kegagalan.
Einstein pernah berkata begini, “Learn from yesterday, live for today,
hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning.” Kita
hanya perlu balajar dari masa lalu, hidup untuk hari ini, dan berharap lebih
baik untuk keesokan hari. Selama kita masih mau untuk haus keingintahuan, maka
semuanya baik-baik saja. Pasti.
Nah, gampang, ‘kan?
Memang sih, rasanya proses-proses di atas bukanlah suatu hal yang
instan didapatkan. Namun, bukan berarti hal tersebut muskil dilakukan, bukan?
Dengan menerapkan sikap lapang dada, mengapresiasi usaha diri, kemudian terbuka
untuk re-learning dan memperbaiki kekurangan, kita bisa
menjadi lebih bijak dan kuat daripada masa lalu. Sehingga kesuksesan yang kita
damba-dambakan itu, akan dapat dituju tanpa rasa ragu-ragu.