Editor : Hawa Riyatin Zahra
Ilustrasi sebuah borgol yang melingkari tulisan Crime pada sebuah tulisan (sumber: patinews.com ). |
Belakangan, banyak sekali berita kriminalitas yang berseliweran di media sosial maupun pemberitaan media online. Sungguh miris rasanya mendengar berita-berita seperti itu terjadi di Indonesia. Berbagai tindakan kriminal seperti kekerasan seksual, pembunuhan, perundungan, pembegalan hingga pencurian telah merugikan banyak masyarakat.
Seperti berita yang sedang ramai belakangan ini yaitu kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis penjual gorengan di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Korban ditemukan meninggal terkubur dan dalam keadaan tanpa busana. IS yang menjadi tersangka berhasil ditangkap pada Kamis (19/09/2024), setelah 11 hari menjadi buronan. Tersangka juga merupakan seorang residivis kasus pencabulan dan narkoba.
Kasus kriminalitas lain juga terjadi di lingkungan pendidikan. Seorang santri di SMP Pesantren Tahfidz Az-Zayadiyy, Sanggrahan, Sukoharjo diduga tewas karena dianiaya seniornya. Dan masih banyak lagi kasus-kasus kriminalitas seperti pembegalan, pencurian, dan korupsi yang terjadi di Indonesia.
Hal ini tentu menciptakan rasa ketidakamanan dan kekhawatiran di masyarakat. Apalagi korban tindak kriminalitas kebanyakan adalah kaum perempuan. Saya pun merasakan hal ini. Mendengar berita kriminal akhir-akhir ini membuat saya selalu waspada ketika bepergian sendiri. Bukan karena takut hantu atau semacamnya, lebih tepatnya takut kepada manusia. Karena kita tidak pernah tahu, bisa saja kejahatan juga terjadi di lingkungan kita.
Di zaman sekarang, pelaku kriminalitas tak pandang bulu. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak di bawah umur pun bisa menjadi pelaku kriminal. Begitupun dengan para korbannya, seorang anak kecil dan balita seringkali menjadi incaran para pelaku kriminal. Sungguh kejam manusia-manusia zaman sekarang. Kalau kata netizen “setan pun sungkem lihat kelakuan manusia”. Memprihatinkan memang.
Maraknya kasus kriminalitas dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesenjangan sosial, pengaruh lingkungan, hingga penegakan hukum yang tidak tegas membuat pelaku kriminal menganggap sepele dengan hukuman yang akan didapat.
Hal ini juga menunjukkan masih rendahnya moralitas masyarakat Indonesia. Tidak semua, tetapi banyak. Kurangnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga dapat menjadi salah satu faktor seseorang dengan mudah melakukan tindak kriminal.
Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk moral seseorang. Pendidikan moral harus sudah ditanamkan sejak dini. Keluarga menjadi sekolah pendidikan pertama bagi anak dalam membentuk dan menciptakan nilai moral dalam dirinya. Pemahaman agama yang baik juga harus diajarkan agar anak tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif di luar sana.
Selain itu, perlu adanya langkah-langkah konkret untuk mencegah maraknya tindak kriminalitas. Pemerintah harus fokus pada pemberantasan kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, sehingga ketimpangan sosial dan ekonomi tidak semakin melebar. Perlu sekali untuk mengkaji ulang sistem hukum dan peradilan agar para pelaku kriminal merasakan efek jera. Pelaku kejahatan pantas untuk mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya sesuai dengan apa yang mereka perbuat. Bagi para pelaku kejahatan seksual dan pedofil, hukum kebiri menjadi hukuman yang pantas untuk mereka. Serta pemiskinan bagi para koruptor agar tidak ada lagi calon-calon tikus berdasi di negara ini.