Apa-apaan Jajan 1.000, Parkir 2.000!

 Jurnalis : Ninit Febriani
Editor : Hawa Riyatin Zahra
Ilustrasi seorang tukang parkir dari belakang dengan rompi bertuliskan “Semua Orang Bisa Jadi Tukang Parkir Dadakan” (sumber: google).

Keberadaan tukang parkir di tempat-tempat tertentu, seperti di pusat perbelanjaan, rumah makan, tempat wisata, dan lain sebagainya tentu sangat bermanfaat untuk memastikan keamanan kendaraan kita, apalagi jika kita meninggalkan kendaraan kita untuk waktu yang lama. Namun ada juga beberapa tempat yang memasang spanduk atau tulisan “Parkir Gratis”, seperti yang biasanya kita temui di beberapa Alfamart dan Indomaret. Hal itu merupakan bentuk pemberitahuan bahwa mereka menghindari adanya jasa tukang parkir bagi para pengunjung. Hal ini dapat disebabkan oleh kecenderungan para pengunjung toko yang biasanya hanya menghabiskan waktu sebentar untuk berbelanja, serta standar keamanan juga sudah terpenuhi, seperti dengan memasang CCTV di area toko.

Akhir-akhir ini mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta sedikit dikagetkan dengan adanya tukang parkir di depan kampus, tepatnya di depan Food Court sisi utara kampus, yang menyediakan berbagai makanan dari yang ringan hingga makanan berat. Keberadaan tukang parkir tersebut dinilai tidak efektif dan tidak begitu diperlukan, mengingat kebanyakan para pengunjung Food Court tidak memerlukan waktu yang lama untuk jajan. Seperti contoh beberapa orang hanya ingin membeli es teh dengan harga Rp3.000, dan hanya memerlukan waktu kurang dari 5 menit, namun diharuskan membayar parkir sebesar Rp2.000, tentulah hal ini serasa tidak patut dan akhirnya menimbulkan berbagai komentar negatif dari para mahasiswa.

Pada awalnya, tarif yang dikenakan di tempat ini hanya sebesar Rp1.000, namun akhir-akhir ini sudah dinaikkan menjadi Rp2.000 dan menuai banyak protes, seperti berbagai ungkapan kekesalan yang terlihat di salah satu postingan Instagram @ruang_sambat, yang memuat tulisan “Apaan banget deh masa parkir di depan kampus udah naik jadi 2000. Tukang parkirnya sendiri yang ngomong ‘Udah naik Rp2.000 mba’ kaya padahal beli bakso 5000 biar bisa dimakan make nasi. Gini banget nasib anak kos. Ada aja pengeluaran yang ga penting kaya gitu.” diunggah pada (28/08/2024). Postingan tersebut langsung menuai berbagai komentar seperti yang dituliskan oleh akun @delineoct, “Sumpah males bgt, beli es teh 3rb parkirnya 2rb. Apalagi kalo mau ke ATM, orang ke ATM kan karena gapunya duit ya, ini mlh kena parkir (emoticon sedih).” Serta terdapat 55 komentar lainnya yang isinya juga mengungkapkan kekesalan dengan adanya kejadian tersebut.

Tak hanya itu, kami juga melakukan wawancara dengan salah satu mahasiswa pada hari Rabu, (19/09/2024), bernama Risa Nur mengenai fenomena parkir ini. Ia mengungkapkan bahwa “Saya pernah memberi mereka Rp1.000, namun mereka meminta Rp2.000 karena tarifnya sudah dinaikkan. Tapi mereka tidak melakukan hal-hal selebihnya, kayak marah-marah atau lainnya.”

Dari berbagai tanggapan yang ada, mungkin setidaknya ada tanggapan atau tindakan dari pihak kampus apakah yang mereka lakukan itu legal atau malah termasuk dalam praktek pungli, mengingat wilayah yang mereka ambil masih dalam area kampus. Fenomena ini cukup disayangkan karena para satpam sendiri selaku pemegang tanggung jawab keamanan area kampus tidak melakukan tindakan atau memberikan penjelasan apapun. 


Lebih baru Lebih lama