Created by: Rimadhiana Ayu
Editor by: Nur Indah Setyaningrum
Suasana perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) terlihat ramai dikunjungi mahasiswa, Jumat (10/11/2023).
Sumber Foto : Rimadhiana
Rencang.id – Perpustakaan menjadi salah satu tempat singgah mahasiswa saat di kampus. Tempat yang biasanya digunakan untuk mencari referensi buku, mengerjakan tugas, mencari wifi guna keperluan tugas, atau sekadar ngadem sembari menunggu kelas berikutnya dimulai.
Akan tetapi, bagaimana jadinya jika tempat yang seharusnya tenang, berubah seperti pasar yang berisik? Masing-masing individu hanya sibuk berbincang dengan temannya, seperti tidak mengetahui tempat. Sebagai mahasiswa, seharusnya paham dengan etika saat berada di perpustakaan.
Etika tidak boleh menyobek, mencoret, ataupun mewarnai buku yang sedang dipinjam karena dapat merusak koleksi buku perpustakaan. Tidak boleh berbicara dengan keras yang dapat mengganggu fokus atau ketenangan pengunjung lain.
Beberapa mahasiswa sempat mengeluh karena merasa terganggu dan tidak nyaman sebab kebisingan suara-suara tersebut, seperti kejadian di perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD). Salah satu mahasiswa yang merasa terganggu adalah Den AL, mahasiswa semester atas yang sering pergi ke perpus untuk mencari referensi skripsinya.
“Kalo berisik, sih, pernah. Karena padat banyak yang berkunjung ke perpus FUD yang tempatnya tidak terlalu luas. Hal tersebut memicu tidak kondusifnya suasana di dalam perpustakaan,” kata Den AL. Dia juga mengaku pernah melihat seseorang menyalakan musik di dalam perpustakaan.
Saat mencoba fokus mengerjakan skripsi, pasti ada gangguan-gangguan tersebut. Akan tetapi, dia mencari cara agar fokusnya tetap terjaga dengan mendengarkan musik menggunakan earphone.
Berbeda dengan Madah, seorang Mahasiswi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) semester 5. Dia kadang berkunjung ke perpus FUD untuk mengerjakan tugas atau hanya sekadar membaca buku sembari menunggu kelas berikutnya. Akan tetapi, Madah juga merasakan kebisingan saat sedang mengerjakan tugas.
“Bisa kalau sudah tenggelam nugas, tapi kalau baca buku nggak bisa konsentrasi soalnya perpus berisik banget. Apalagi mbak-mbak yang tiap hari di perpus itu kalau ngobrol dan ketawa keras banget,” ungkap Madah.
Tidak luasnya tempat yang disediakan dan kurangnya kesadaran pengunjung agar tidak berisik saat di perpus, menjadi salah satu faktor kekurangan perpustakaan FUD. Pengunjung pun berharap adanya sedikit benahan akan hal tersebut.
“Saran dari mahasiswa semester tua seperti saya, sih, lebih disediakan lagi pojok baca yang kedap suara. Ruang baca privasi yang lebih dibutuhkan, agar saat mengerjakan skripsi lebih fokus," harap Den AL.
“Semoga mahasiswanya lebih sadar kalau perpus bukan tempat untuk ngobrol. Sehingga bisa mengurangi kebisingan di perpus dan biar nggak mengganggu mahasiswa lainnya,” pungkas Madah.
Tags
OPINI