Pergantian Menteri Pendidikan: Apakah Kurikulum Akan Ikut Berganti?

Created by: Afnan Nadhif
Editor by: Nur Indah Setyaningrum 
Sumber: Dokumen Pribadi 

Rencang.id –  Pergantian menteri pendidikan di Indonesia selalu menarik perhatian publik. Terutama dalam konteks adanya kemungkinan perubahan kurikulum pendidikan nasional. Ini menjadi lebih penting mengingat bahwa tahun depan, akan ada pemilihan kepala negara yang mengakibatkan pergantian seluruh kabinet, termasuk menteri pendidikan.

Pertanyaan yang sering muncul, "Apakah kurikulum pendidikan akan mengalami perubahan jika menteri pendidikan juga ikut diganti?"

Itu adalah pertanyaan wajar. Mengingat menteri pendidikan memiliki peran sentral dalam menentukan arah dan perubahan sistem pendidikan nasional.

Pergantian menteri pendidikan biasanya diikuti oleh evaluasi menyeluruh terhadap program-program pendidikan yang sudah ada, serta proses konsultasi dengan para ahli pendidikan dan komunitas pendidikan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa perubahan yang diusulkan mendukung tujuan pendidikan nasional dan berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan.

Selain itu, beberapa bagian dari kurikulum, seperti kurikulum dasar atau struktur mata pelajaran inti, umumnya relatif stabil dan jarang mengalami perubahan yang besar. Biasanya, perubahan dalam kurikulum lebih terfokus pada pengembangan metode pengajaran, integrasi teknologi, dan peningkatan relevansi kurikulum dengan perkembangan global dan kebutuhan ekonomi.

Perubahan yang dinamis ini telah menciptakan persepsi di kalangan masyarakat bahwa, "Ganti menteri, ganti kurikulum." Sektor masyarakat yang paling terpengaruh oleh perubahan-perubahan tersebut adalah para pendidik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riadi (2019) dalam kajiannya berjudul "Studi Empiris tentang Perubahan Kurikulum Bahasa Inggris di Indonesia: Peluang dan Kendala di Wilayah yang Kurang Berkembang", guru-guru menyampaikan keluhannya tentang perubahan kurikulum yang tiba-tiba. Ketika mereka masih dalam proses memahami sebuah kurikulum, tiba-tiba kurikulum tersebut diganti kembali. Hal itu membuat para guru harus memulai proses pembelajaran kurikulum yang baru dari awal.

Penyelenggaraan kurikulum yang masih baru dan perubahan yang dilakukan dengan mendadak telah menghasilkan dampak negatif pada sektor pendidikan di Indonesia. Dampak negatif yang paling mencolok adalah terkait dengan kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum yang baru.

Dalam pelaksanaannya, idealnya suatu kurikulum harus diterapkan dalam jangka waktu minimal 10-15 tahun, kemudian diikuti oleh evaluasi terhadap efektivitasnya. Selanjutnya, tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan menghilangkan unsur-unsur yang kurang efektif, serta mempertahankan dan meningkatkan aspek-aspek yang telah terbukti berhasil. 

Perbaikan tersebut tentu harus melibatkan proses yang transparan dan konsultasi dengan para ahli pendidikan, guru, dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya. Karena untuk memastikan bahwa perubahan tersebut didasarkan pada bukti-bukti yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak.
Lebih baru Lebih lama