Created by: Novi Dwi Putri Lestari, Nabila Asma Afifah, Rika Pramudya Aksanti, Candra Permana
Editor by: Rahma Putri Azizah, Muhammad Afifullah
Mendengar Keluh Kesah Mahasiswa Tentang Parkiran Kampus
“Iya sering banget (kesusahan mencari parkir). Apalagi kalau kuliah lebih dari jam 08.40. Parkir di depan Fakultas dan samping Fakultas bahkan udah nggak bisa. Akhirnya harus putar balik parkir di FIT. Parkir di situ pun kadang keluarnya juga susah, karena banyak motor,” ujar Saffa Ame Setyaningrum, salah satu mahasiswa Fakultas Adab dan Bahasa (FAB) mengalami kesulitan saat mencari parkir dikarenakan tempat parkir yang semrawut.
Tidak hanya Saffa, mahasiswa lain pun barangkali mengalami kejadian yang tak mengenakkan ketika berurusan dengan parkiran
kampus. “Kalau aku karena matkul jam pagi jadi belum menemui (kesusahan parkir).
Tapi, pernah sekali itu siang jam 13.00 dekat parkiran masjid agak bingung
nyari tempat (parkir),” ungkap Reza Azhari, salah satu mahasiswa Fakultas
Ushuluddin dan Dakwah (FUD).
Selain kedua mahasiswa tersebut, Monica, mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah
(FIT) juga mengalami kesulitan parkir. “Kesulitan (parkir) kalau siang di
halaman PPG dan halaman gedung D FIT. Kalau di PPG selalu penuh di basement, jadi mau nggak mau di atas.
Sedangkan di atas nggak ada teduhannya, jadi motor sering kehujanan,”
ungkapnya.
Kesulitan mencari parkir dapat menimbulkan
beberapa dampak seperti terlambat saat masuk kelas. Selain itu, mahasiswa pun
kerap mengalami kelelahan saat akan mengikuti kelas. Terlebih lagi, jika kelas
yang dituju berada di lantai atas. Lelah yang mahasiswa rasakan juga akan
berakibat pada berkurangnya fokus terhadap materi yang disampaikan dosen.
“Ya efeknya, misal kelasnya nggak mesti di FAB kan. Kadang di FIT, Jadi
parkir jauh gitu dari kelas. Apalagi naik tangga terus capek. AC di kelas juga kadang
nggak berfungsi. Jadi nggak fokus gitu pembelajarannya di awal. Ya itu sih,
yang paling nggak enak. Telat masuk kelas, iya. Terus nggak fokus di
pembelajaran awal,” ujar Saffa.
Efek serupa juga dirasakan oleh Anisa Pratiwi, demisioner Ketua HMPS KPI periode
2021-2022. Ia merasa sulit mengeluarkan
kendaraan ketika akan berpindah mata kuliah (matkul) dan harus berpindah gedung.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Virgie, juga mengalami
dampak yang sama. “Karena (parkir) penuh aku harus putar balik lagi. Nah itu
kadang bikin aku telat masuk kelas karena harus cari tempat parkir dulu.”
Puncak kesulitan dalam mencari parkir rata-rata terjadi antara pukul
08.00-12.00. Pada jam tersebut, banyak area parkir yang sudah padat. Seperti
yang dikatakan oleh Muhammad Iqbal Fachturrohim, mahasiswa Fakultas Syariah
(Fasya). “Untuk parkirnya itu penuh sekitar jam 8 sampai jam 10 ke atas. Kalau
pagi jam 7 itu kan mahasiswanya masih sedikit, yang saya alami ketika kuliah
pagi. Nah, ketika mulai masuk jam 08.40 itu mulai ramai, dan sampai siangnya
ramai. Dan susah buat parkir dan tempatnya terkendala juga.”
Banyak dari mahasiswa berharap agar lahan parkiran diperbaiki lagi dan
dibangun lebih luas. Sehingga permasalahan yang timbul akibat kesusahan mencari
parkir dapat teratasi.
Selain Virgie, harapan juga diutarakan oleh Monica, salah satu mahasiswa
FIT. “Harapannya supaya lebih layak lagi dan diperluas, jadi mahasiswa tidak
kebingungan cari parkir, sehingga semua merasa nyaman kalau parkiran juga
nyaman," ucapnya.
Bukan hanya Mahasiswa, Dosen juga Terkena Dampaknya
Berbagai
drama juga turut mewarnai hari-hari dosen yang terjebak problematika pencarian
tempat parkir. Seperti parkiran laboratorium yang saat pagi hari akan terasa
semrawut. Para petugas akan berjaga dan mengarahkan motor untuk tidak parkir di
depan laboratorium. Namun, ketika hari beranjak siang, dan petugas tidak lagi
berjaga, mahasiswa terkadang nekat memarkirkan motornya di lokasi tersebut.
Padahal jelas sudah ada tulisan ”Parkir Roda 4” yang terpampang di sana. Maka
mobil yang sudah terparkir di sana sejak pagi, mau tidak mau harus menunggu
sampai motor yang menghalangi jalan keluar sampai dibawa pulang pemiliknya.
Seperti
yang dikeluhkan Abdul Halim, dosen UIN Raden Mas Said. Halim memiliki
pengalaman tidak mengenakkan di tempat parkir. Kepada kami, beliau menceritakan
bagaimana kesulitan yang dihadapi. “Pernah waktu itu pas siang ada jadwal di
PPG. Pas mau keluar itu tidak bisa. Terus sore, asharnya belum bisa keluar
juga, terus ya nunggu sampai maghrib baru bisa keluar. Kalau pagi juga masih
longgar kalau buat parkir mobil di situ. Ya, saya memahami sih kalau
teman-teman nggak ada lahan buat parkir,” tutur Halim kepada reporter
Rencang.id.
Drama
pencarian tempat parkir juga dialami oleh Latif Kusairi selaku dosen SPI,
Fakultas Adab dan Bahasa. Kepada kami Latif mengisahkan, “Biasanya memang
kesulitan mencari parkir. Bahkan saya punya lahan parkir sendiri di bawah pohon
itu. Jadi sebenarnya itu juga bukan tempat parkir, karena memang tidak ada
tempat parkir ya jadi saya parkir di situ. Artinya memang menyalahi. Cuma ya
mau bagaimana lagi, parkir sudah penuh.”
Perasaan
yang sudah dijaga sebaik mungkin untuk mengajar mahasiswa tercemari oleh
perasaan kalut melihat kondisi parkiran kampus. Mau bagaimana lagi, kondisi
parkir yang semrawut membuat siapapun termasuk dosen menjadi bad mood.
Fasilitas
kampus yang satu ini sudah menyumbang banyak kesan tidak menyenangkan sejak
lama. Namun, terasa sangat intens setelah kuliah tatap muka diadakan kembali.
Barangkali pertimbangan terkait fasilitas yang masih setengah matang dan
dibarengi dengan keyakinan kembalinya kuliah tatap muka 100% menjadi salah satu
sebab terjadinya fenomena ruwetnya parkiran kampus.
Seperti
yang dijelaskan Latif ketika kami mengajukan pertanyaan mengenai kondisi
pakiran kampus, “Kondisi parkirnya semrawut. Gini, kita memang mengalami
periodesasi transisi parkir. Seiring banyaknya mahasiswa, tapi di sisi lain,
mahasiswa yang udah masuk pas Covid-19 itu peluangnya dikit. Ini yang masuk
sama yang keluar itu tidak beraturan. Dan kemudian juga setelah menjadi UIN ini
mahasiswanya banyak juga. Yang paling kentara itu parkir sama ruang kelas.
Menurut saya selama satu tahun ke depan ya parkir akan tetap begini, selama
belum ada solusi ya tetap seperti ini,” tutur Latif.
Selain
kenyataan bahwa parkiran dosen diserobot mahasiswa, dosen juga dihadapkan pada
kenyataan untuk menahan rasa kesal. Misalnya, ketika sudah berputar-putar
mencari secuil ruang untuk memarkir kendaraan, namun dihadapkan pada titik yang
jauh dari ruang kelas yang dituju. Maka mau tidak mau dosen harus berjalan kaki
sedikit lebih jauh. Apabila pencarian tempat parkir memakan waktu yang lumayan
lama, imbasnya dosen terlambat mengajar mahasiswa di kelas.
Dosen
pun menyiasati-nya dengan berbagai cara, misalnya saja memarkirkan kendaraannya
di bawah pohon yang mana bukan tempat parkir resmi seperti yang diceritakan
Latif. Hal itu menunjukkan seberapa serius persoalan tentang parkiran kampus.
Selalu
ada faktor yang mempengaruhi terciptanya fenomena keruwetan parkiran kampus.
Halim menyebutkan setidaknya ada dua faktor yang menjadi asal mula fenomena
tersebut. “Yang pertama, karena tiap tahun nambah mahasiswanya. Yang wisuda
tidak sebanding dengan yang masuk ke kampus kita. Yang kedua dari sisi penataan
lokasi dan manajemen. Petugasnya perlu tegas.”
Jika
ditelisik lebih tajam, ketidakrapian bukan faktor utama yang membuat fenomena
parkiran semrawut terjadi, sebab sudah ada petugas yang membantu merapikan.
Melainkan lahan parkir yang kurang mencukupi sekian ribu rakyat kampus.
Perluasan lahan parkir lebih diperlukan untuk kenyamanan bersama. Zakky
membantu kami menyimpulkan seperti ini, “Kesimpulannya kita harus bisa menambah
lahan parkir lagi sih. Mungkin dari pihak kampus punya masterplan-nya. Tempatnya juga masih kurang, karena memang
mahasiswa jumlahnya sebanyak ini. Jadi, ya makan tempat.”
Dosen
pun berharap fenomena parkir ini segera mendapat perhatian pihak tekait.
Seperti harapan Abdul Halim untuk kebaikan parkiran kampus tercinta kita.
“Harapan saya mudah-mudahan ada tata kelola yang bagus, yang baik, dan rapi.
Baik dari pihak pimpinan, dari teman-teman di lapangan, juga teman-teman
petugas parkir itu juga lebih tegas. Pengawasannya itu juga tidak hanya pagi,
tetapi juga sampai sore, karena kita jadwal juga sampai sore. Kemudian saya
berharap juga ada penambahan lahan parkir.”
Satpam
Kampus, "Agen" Ganda Parkiran
Menurut
informasi dari salah satu satpam UIN Raden Mas Said, Joko Mulyana (38), selain
mengamankan motor di area kampus, satpam juga memiliki peranan penting yaitu
menata motor yang parkir tak beraturan. Terlebih lagi untuk area kampus banyak
sekali kendaraan yang keluar masuk dan lahan parkir yang disediakan terbatas,
sehingga mahasiswa kesulitan untuk menata kendaraan mereka.
Satpam di kampus UIN Raden Mas Said memiliki tugas yang berbeda-beda, dilihat dari kebutuhan tempat. Untuk bagian pos depan di bagian pintu masuk terdapat tiga anggota satpam dan satpam yang bertugas di keamanan berjumlah tujuh orang.
Untuk
memaksimalkan keamanan, diberlakukan shift
kerja juga untuk satpam, yaitu: Senin sampai Jumat semua satpam masuk jam 06:30
WIB sampai dengan jam 15:00 WIB, atau tidak ada yang masuk shift siang. Untuk hari Sabtu sendiri satpam masuk kerja setengah
hari. Yang bertugas jaga parkir di masing-masing area, untuk hari Sabtu dan
Minggu diliburkan.
Keluh
kesah yang dihadapi di dunia satpam sangat beragam, menurut Joko Mulyana selama
ia berkarier menjadi seorang satpam adalah cibiran dari banyak orang yang
sering beliau dengar. Namun hal tersebut membuatnya pantang menyerah. Justru
pak Joko semakin semangat akan kerja menjadi satpam.
Satpam
juga mengeluh karena banyak mahasiswa-mahasiswi yang sulit diatur. Misalnya
saja, beliau seringkali menemukan motor yang dikunci stang, sehingga hal
tersebut mempersulit satpam yang bertugas parkir. Hal tersebut membuat satpam
bekerja ekstra untuk memindahkan motor tersebut
Masalah
juga timbul dari lingkungan kampus, yaitu masalah lahan parkir yang kurang
memadai, sehingga satpam mendapatkan imbasnya juga. Waktu yang rawan parkiran
penuh di kampus antara lain yaitu jam pagi, karena pada saat jam pagi mahasiswa
mulai berdatangan ke kampus.
Hal
itu menyebabkan menumpuknya kendaraan mahasiswa dan lahan yang disediakan
terbatas, bahkan kurang. Sehingga satpam mengalami kesulitan untuk menata satu
persatu motor mahasiswa di area kampus UIN Raden Mas Said Surakarta agar tetap
rapi dan parkiran yang disediakan dapat menampung semua kendaraan mahasiswa.
Pembangunan Parkiran Kampus, Setitik Solusi di Tengah Krisis Ekspansi Lahan Kampus
Permasalahan
lahan parkir di kampus UIN Raden Mas Said Surakarta ini sudah menjadi hal yang
wajar, tatkala menjadi bahan perbincangan semua elemen masyarakat kampus.
Karena bukan hanya mahasiswa saja yang merasakan dampak dari minimnya lahan
parkir kampus, dosen dan karyawan juga ikut merasakannya. Banyak dari mereka
yang mengeluh menempuh perjalanan jauh dari kelas karena mendapat tempat parkir
yang jauh dari kelas. Oleh karena itu, tak sedikit orang-orang menyalahkan
pihak kampus karena tidak menyediakan lahan parkir yang cukup untuk semua
mahasiswa dan dosen.
Menurut Usman,
Wakil Rektor 2 UIN Raden Mas Said, permasalahan parkir kampus tak hanya
disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai tetapi juga disebabkan oleh
kebiasaan dari Mahasiswa yang seringkali terburu-buru dan berakhir memarkirkan
kendaraannya sembarangan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, ditempatkan
beberapa satpam di setiap lahan parkir untuk menata ulang kendaraan sesuai
barisan yang telah disediakan. Sehingga lahan parkir dapat terlihat lebih rapi
dan memiliki lebih banyak ruang kosong.
Penempatan
satpam di beberapa lahan parkir juga dimaksudkan untuk menjaga keamanan. Karena
tak jarang mahasiswa meninggalkan kunci motornya dan menyebabkan potensi adanya
pencurian motor. Sayangnya, ketika tidak ada satpam yang berjaga di lahan
parkir, para mahasiswa kembali melakukan parkir kendaraan secara sembarangan.
Adanya beberapa motor yang dikunci stang, juga menyebabkan satpam kesulitan
dalam memindahkan kendaraan tersebut.
Untuk
mengatasi hal tersebut, Rektorat dan Fakultas bekerja sama dalam sisi
pengelolaan parkir. "Jika ada mahasiswa yang parkir sembarangan,
dekan-dekan langsung menyalahkan Rektorat. Karena memang secara manajemen Rektorat,
tapi semuanya butuh kerjasama dengan Fakultas. Jadi tidak mungkin semuanya itu
dibebankan kepada Rektorat, sementara di Fakultas sudah ada anggaran dan SDM
yang bisa ikut berpartisipasi dan bekerja sama dalam melakukan
penanganan-penanganan tersebut,” ujar Usman.
"Tetapi
tanggung jawab tetap di Rektorat." sambungannya
Dalam menangani permasalahan keterbatasan lahan parkir sendiri, pihak kampus sedang mengupayakan pembangunan lahan parkir baru. Beliau mengungkapkan, bahwa pada akhir bulan Desember, lahan parkir baru diperkirakan sudah bisa digunakan
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Haryo Wahyu
Hapsoro selaku site manager yang bertugas dalam proyek pembangunan parkiran
baru UIN Raden Mas Said Surakarta. Ditemui dalam waktu terpisah, beliau
menyatakan bahwa progress proyek pembangunan parkiran baru, sudah mencapai
71,45 persen per 13 November 2022.
Dalam proyek
ini, pekerja yang dikerahkan mencapai 50 orang dan dibagi menjadi dua tim. Setiap
tim memiliki jatah shift hariannya
masing-masing. Para pekerja mulai mengerjakan tugasnya dari pukul 4 sore, dan
lembur maksimal sampai jam 10 malam.
Pembagian
tim ini ditentukan berdasarkan pengerjaan pada struktur bangunan. “Nilai
kontrak LPS (lelang pemerintah sistem) mencapai 8,4 miliar namun setelah
berjalannya proyek, ada beberapa item yang perlu ditambah atau dikurangi dari
segi perencanaan awal,” kata Haryo.
Hal ini
dapat dilihat melalui rancangan arsitektur pada pengerjaan struktur baja yang
memakan waktu paling banyak. “Struktur baja yang digunakan dalam proses
pembangunan gedung, progressnya sendiri sudah sampai 91 persen,” imbuhnya.
Di sisi
lain, untuk mengatasi permasalahan terkait struktur tanah, Haryo mengungkapkan
bahwa dalam proyek tersebut mereka menggunakan alat bernama Motor Grader. Alat ini bekerja dengan
memanfaatkan tekanan yang ditimbulkan oleh kaki dan berfungsi untuk mengubah
struktur tanah yang tadinya tidak rata menjadi datar dan seimbang.
Selain
faktor struktur tanah, permasalahan lain juga muncul akibat cuaca yang
seringkali turun hujan. Untuk mengatasi air yang menggenang akibat hujan, para
pekerja menyedot air tersebut menggunakan pompa air. Upaya tersebut dilakukan
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas proyek lelang yang didapat. “Setelah
memenangkan lelang tersebut, diadakan survei lokasi untuk menentukan resiko apa
dan bagaimana yang didapat dari proyek tersebut.” ujar Haryo.
Dalam kontrak proyek lelang disebutkan, bahwa tanggal 24 Desember 2022 tempat parkir tersebut ditargetkan selesai, dan dapat dilakukan serah terima antara kontraktor dengan rektor. Sehingga pada tahun 2023 diharapkan parkiran baru sudah dapat mulai digunakan. Selain itu, dengan beberapa perencanaan yang sudah dilakukan, baik pihak kampus maupun kontraktor merasa optimis dapat menyelesaikan permasalahan kemacetan yang sering terjadi di kampus UIN Raden Mas Said Surakarta.