Created by Fadila Alvita Kusuma
Editor by Muhammad Afifullah
Source: Liputan6.com
Rencang.id — Widji Thukul yang memiliki nama asli Widji Widodo lahir pada 26 Agustus 1963 di Surakarta. Dia merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Widji Thukul menempuh pendidikan di SMP Negeri 8 Solo dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Solo, dan dia mengambil jurusan tari. Namun sayangnya dia tidak dapat menamatkan pendidikannya tersebut, karena masalah ekonomi dan harus dikeluarkan.
Thukul lahir dari keluarga yang sederhana, ayahnya berprofesi sebagai tukang becak. Dia hanya berjualan koran, kemudian diajak oleh tetangganya bekerja di perusahaan mebel antik sebagai tukang pelitur. Thukul juga sempat menjadi watawan harian "Masa Kini" tetapi hanya tiga bulan saja. Meskipun hanya tiga bulan, tetapi dia melahirkan sajak yang baik.
Widji Thukul dikenal sebagai seniman dan aktivis. Dia menuangkan ide-ide, aspirasi, serta gagasannya dalam sebuah puisi. Melalui puisi-puisinya, dia selalu berusaha mengungkap ketidakadilan harkat dan martabat manusia.
Puisi-puisinya mengajak masyarakat untuk bangun memperjuangkan hak asasi. Puisinya ditulis dengan bahasa yang sederhana, sangat mudah dipahami oleh masyarakat. Puisi-puisi karyanya ditulis berdasarkan apa yang dia lihat dan rasakan sendiri, juga dari kumpulan pemikiran-pemikiran masyarakat. Salah satu puisinya yang paling populer adalah Peringatan (1986), Sajak Suara, Bunga dan Tembok, Penyair (1988), Kemerdekaan (1988) dan lain-lain.
Widji Thukul dipastikan hilang setelah kabarnya tidak didengar lagi oleh keluarga dan rekan-rekan sesama aktivis dari tahun 1998 dingga 2000. Berdasarkan pemberitaan 1 April 2000, istri Widji Thukul, Dyah Sujirah atau yang sering kali dipanggil Sipon melaporkan hilangnya sang suami kepada Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Sipon dan adik Thukul, Wahyu melaporkan terakhir kali berhubungan dengan Widji Thukul pada 19 September 1998 lewat sambungan telepon. Setelah itu, Thukul diduga menjadi korban penculikan bersama aktivis lainnya.
Koordinator Kontras, menjelaskan Thukul masih diketahui kabarnya sekitar Maret-April 1998. Ketika itu Thukul bertemu dengan beberapa orang temannya, namun itulah kabar terakhir yang bisa diketahui tentang Thukul. Setelah itu keberadaannya tidak pernah diketahui, hilangnya Widji Thukul sekitar Maret 1998 hingga saat ini.
Widji Thukul menjadi salah satu target utama pada saat terjadi pembersihan besar-besaran terhadap para aktivis gerakan demokrasi pasca tragedi berdarah pada 27 Juli 1996. Thukul sempat meloloskan diri, lalu dia berpindah-pindah keluar masuk kota akibat menjadi kejaran aparat. Mulai dari Solo, Salatiga, Jakarta, hingga sempat di Serpong Tangerang.
Sampai sekarangpun Thukul belum juga ditemukan, entah apa yang sebenarnya terjadi tidak ada yang tahu. Seperti ada yang disembunyikan, pemerintahpun juga tidak mengupas kasus Thukul. Thukul tidak pernah terlibat dalam tindak kejahatan apapun, melainkan dia memperjuangkan keadilan melalui puisinya. Tetapi, hidupnya direnggut begitu saja tanpa prosedur hukum yang jelas.