Lika-liku Anak Kosan

Created by Galih Pramudita

Editor by Aulia Rahma Triyani


Source:  megapolitan.kompas.com

Rencang.id — Cahaya matahari yang bersinar pada pagi hari, dan suara ayam berkokok memaksaku untuk membuka mata. Aku pun terbangun dari tempat tidur, dan melihat cahaya matahari dari jendela kamar kosku. Ternyata, hari pun sudah pagi. Aku pun bergegas mengambil handuk, segera menuju ke kamar mandi yang lumayan jauh dari tempat tidurku.

Aku segera bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Terkadang, aku merasa sangat sedih pada pagi hari, tak ada seorang pun yang memperhatikanku, tidak ada yang menanyakan “sudah makan belum?” atau “mau ke mana?”. Tak pernah terpikir dan terlintas dalam hati ini, “Aku akan jauh dari orang tua dan terpisahkan oleh jarak." Pada kenyataannya, aku harus menghadapi dan mengalami itu semua, kelak nanti, aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku.

Semua terjadi pada pagi hari yang cerah, sebelum aku dan Toni berangkat ke kampus. Beginilah kehidupan yang aku alami, anak yang jauh dari keluarga, dan kehidupan yang harus aku jalani dengan hati yang ikhlas.

“Ayo Ton! Kita berangkat ke kampus, apa hari ini mau skip kelas?” tanyaku, saatku telepon Toni.

“Woy, Bol! Berangkat gua hari ini, kemaren soalnya sudah nye-kip kelas hehehe,” jawab Toni.

“Oke Ton! Gua tunggu di kos gua." Ujarku, seraya mematikan ponsel.

10 menit kemudian, Toni tiba di depan kosku. Memanggil namaku, dengan sebutan “Bol”. Akhirnya aku dan Toni berangkat ke kampus dengan penuh semangat dan rasa senang. Sesampainya di kampus, Toni memarkirkan sepeda motornya di tempat parkir. Di sepanjang perjalanan menuju kelas, Toni menceritakan kehidupan dia sebagai anak kos-an.

Ternyata, bukan hanya aku yang mengalami sebagai anak perantauan yang jauh dari keluarga. “Tetap semangat Ton! Kita bisa melewati ini semua, walaupun kita jauh dari orang tua." Ucapku, seraya menyemangati Toni.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, pertanda jam perkuliahan sudah selesai. Aku dan Toni, segera menuju parkiran motor.

“Bol, lu mau langsung balik kos apa mau nongkrong dulu nih?” tanya Toni, kepadaku.

“Langsung balik kos aja Ton, duit gua nipis ini, maklum anak kos,” jawabku, sambil kuperlihatkan sisa duit di dompetku.

“Oke, kalau begitu gua anterin lu balik ke kos,” ujar Toni.

Selang beberapa jam, akhirnya aku dan Toni tiba di depan kosanku.

“Ton, makasih ya tumpangannya. Mampir dulu Ton ke kos gua,” ajakku, sambil kucopot helmku.

“Wokey bro, sama-sama. Makasih Bol, maaf gua mau ada rapat organisasi, next time-deh gua mampir atau enggak nginep di kos lu.” Jawab Toni.

“Oke-deh Ton kalau gitu, hati-hati di jalan Ton!” ujarku.

Seperti inilah kehidupanku, ketika hidup sendiri di daerah orang, dan jauh dari orang tua. Namun, aku harus tetap kuat dan terus bersyukur kepada Tuhan. Karena, aku diberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan. Ini semua adalah jalan yang akan menuntunku menuju sukses, juga aku harus bisa mengatasi semua kesulitan atau kesedihan dengan hati yang tulus. Semangat untuk anak perantauan!.


Lebih baru Lebih lama