Rencang.id — Menengok
kembali pada kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan di Indonesia tentu tidak akan
melupakan peran penting dokter forensik. Dokter yang membantu melancarkan proses hukum untuk keadilan korban ini bukan
pekerjaan yang mudah.
Dalam pengusutan,
proses itu seringkali ditunggangi dengan kepentingan politik dan pemeriksaan
yang dipenuhi rekayasa. Sejatinya, dalam bekerja seorang dokter forensik perlu mempertahankan hati nuraninya demi keadilan korban dan
keluarga.
dr. Abdul Mun’im
Idries, Spf adalah salah satu dokter ahli forensik yang terkenal di Indonesia,
terutama setelah proses kegiatannya tertuang dalam buku Indonesia X-Files.
Mun’im Idries lahir
di Pekalongan pada tanggal 25 Mei 1947 dan wafat pada 27 September 2013 di usia
66 tahun. Beliau menempuh pendidikan di fakultas kedokteran Universitas
Indonesia dan melanjutkan S2 jurusan ahli forensik di universitas yang sama.
Kita mengenal istilah
salah jurusan di dunia perkuliahan yang membuat seolah dunia kita telah dijungkir balikkan. Namun, siapa sangka kalau dokter keahliannya dalam
bidang forensik
yang diakui negara ini juga
bergabung sebagai mahasiswa yang salah jurusan.
Ketika muda, Mun’im
sudah menyiapkan diri untuk melanjutkan studinya di jurusan kimia di sebuah
institut teknik terkenal. Namun mengingat kondisi finansial keluarga yang tidak
mendukung, beliau memutuskan untuk masuk di jurusan dokter umum FKUI dan titik
balik perjalanan kariernya pun dimulai.
Tidak putus asa dan
bermalas-malasan karena di bawah tekanan salah jurusan, beliau justru memantapkan
hati untuk belajar lebih dalam tentang ilmu kedokteran. Berangkat dari situ
pula, beliau merasa tertarik dengan forensik
dan melanjutkan pendidikan di jurusan ahli forensik FKUI.
Setelah berkecimpung
di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Mun’im ikut menangani
kasus-kasus besar di Indonesia. Dokter yang terkenal jujur dan pemberani ini
turun untuk menyelidiki kasus pedofil Robot Gedhek, kematian aktivis HAM Munir,
kematian buruh Marsinah, dan bahkan tragedi Trisakti.
Penilaian dan
analisisnya dalam menangani setiap kasus itu kemudian ditulis dan melahirkan
buku berjudul Indonesia X-Files: Mengungkap Fakta dan Kematian Bung Karno
sampai Kematian Munir. Tidak tanggung-tanggung, Mun’im menuangkan semua yang
diketahuinya dengan jujur dan berani dalam buku tersebut.
Disebut-sebut sebagai
dokter forensik yang berani sebab beliau tidak tunduk pada kepentingan oknum
lain. Misalnya saja dalam kasus kontroversial kematian aktivis HAM Munir. Dalam
keterlibatannya menangani kasus besar tersebut, Mun’im mengungkapkan
kejanggalan-kejanggalan yang ditemuinya, seperti tim bentukan presiden SBY
untuk menangani kasus tersebut.
Mun’im menjelaskan
dengan gamblang apa yang diketahuinya dalam buku Indonesia X-Files. Buku yang
terbit 2 bulan sebelum beliau wafat ini seolah mengajak pembaca untuk berani
menghakimi penegak hukum yang dicurigai telah merekayasa hasil visum.
Bagaiamanpun, hasil visum dari forensik nantinya berperan penting dalam
mengungkap kebenaran dan menciptakan keadilan.
Mun’im dengan tekad
belajarnya meski salah jurusan menciptakan jalan baru yang membuatnya lebih
bersemangat. Dan Mun’im dengan keberaniannya menunjukkan bahwa tidak seharusnya
seseorang yang punya wewenang mewujudkan keadilan sosial justru 'membeli' keadilan
dari masyarakat.