Habibie dan Cintanya pada Indonesia


Created by Nabila Asma Afifah

Editor by Aulia Rahma Triyani


Source: Republika.com


Rencang.id — Jusuf Habibie atau lebih dikenal sebagai BJ Habibie merupakan Presiden ketiga Republik Indonesia. Dia merupakan salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari kegeniusannya dalam bidang eksakta sejak SMA hingga akhirnya mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi teknik penerbangan di Rhenish Wesfalische Technische Hochschule, Jerman. 

BJ Habibie dijuluki dengan nama “Mr. Crack”. Hal ini disebabkan, karena kontribusi dia yang begitu besar dalam bidang penerbangan terutama pada teknologi pesawat terbang global. Karena itulah, namanya diabadikan dalam Teorema Habibie (Crack Propagation Theory) yang di dalamnya berisi penyelesaian masalah terkait banyaknya kejadian kecelakaan pada pesawat terbang.

Namun, dengan pencapaian yang luar biasa, BJ Habibie tidak pernah melupakan tanah airnya. Dia tetap mencintai Indonesia dan memutuskan untuk pulang ke negara asalnya meskipun dia mendapat banyak tawaran pekerjaan yang menggiurkan di Jerman. Dia bahkan mendapat tawaran untuk mengubah statusnya menjadi “Warga Negara Kehormatan” namun, dia menolaknya. Hal serupa lainnya, ketika Presiden Filipina, Ferdinand Marcos, menemui BJ Habibie secara langsung dengan memintanya untuk mengelola dunia penerbangan dari Negara Filipina dengan dalih demi keamanan negara di Asia, namun lagi-lagi BJ Habibie menolaknya. 

Pada tahun 1978, Presiden Soeharto mengangkat BJ Habibie sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Saat diminta Presiden Soeharto untuk pulang ke Indonesia, tanpa pikir panjang BJ Habibie langsung menyetujuinya. Pada saat itu juga dia dipercaya untuk memimpin kemajuan industri pesawat terbang di Indonesia. Pesawat N250 Gatot Kaca, merupakan pembuktian pesawat pertama buatan Indonesia. Oleh karena itu, mulai bermunculan perusahaan-perusahaan baru milik pemerintah yang bergerak diindustri penerbangan seperti, PT Dirgantara Indonesia, Batan, serta PT Pindad.

Pada 10 November 1998, BJ Habibie mendirikan yayasan bernama The Habibie Center. The Habibie Center merupakan suatu yayasan atau lembaga pemikir (think tank) yang berupaya memajukan modernisasi dan demokratisasi di Indonesia. Dalam hal ini, The Habibie Center memiliki dua misi, yang pertama untuk menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan hak asasi manusia. 

Kemudian, misi yang kedua bertujuan untuk memajukan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha sosialisasi teknologi. Kegiatan yang dilaksanakan tersebut sangat beragam. Mulai dari mengadakan seminar, pemberian Anugerah Habibie (Habibie Award), dan diskusi mengenai topik yang berkaitan dengan bidang sumber daya manusia pada umumnya hingga hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) termasuk dalam bidang sosial, budaya, dan juga politik.


Lebih baru Lebih lama