Created by Galih Pramudita
Editor by Ramadan Dwi Prasetyo
Rencang.id
— Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada tanggal 8 Desember 1965.
Dia anak keenam dari tujuh bersaudara. Lahir dan tumbuh di Malang, Munir
dikenal sebagai orang yang memiliki kepedulian sosial yang sangat tinggi, yang
mengantarkannya sebagai aktivis Ham terkenal. Awal mula Munir terjun menjadi
aktivis beliau kuliah di Universitas Brawijaya Malang Jurusan Hukum. Di sanalah
dia memulai aktif di berbagai bidang kemahasiswaan.
Salah
satu kegiatan Munir di bidang kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). Dalam kiprahnya sebagai aktivis, Munir memainkan peran penting dalam
membongkar keterlibatan aparat keamanan dalam pelanggaran HAM di Aceh, Papua,
dan Timor-Timur. Selain itu, Munir juga ikut merumuskan rekomendasi kepada
pemerintah untuk membawa para pejabat tinggi yang terlibat dalam pelanggaran
(HAM) di tiga daerah itu kepengadilan.
Konsekuensi
atas jalan yang ditempuh Munir membuat nya akrab dengan bahaya dan sering mendapatkan
banyak teror dan ancaman. Munir pernah mendapat teror bom di pekarangan
rumahnya di Jakarta pada Agustus 2003. Puncaknya, Munir ditemukan meninggal di
pesawat Garuda Indonesia yang terbang dari Jakarta menuju Amsterdam pada
September 2004. Berdasarkan otopsi yang dilakukan otoritas Belanda, Munir
dinyatakan meninggal karena diracun arsenik.
Latar
belakang lain kegilaannya dalam dunia hukum dan hak asasi manusia dipengaruhi
oleh perkenalannya dengan sosok demonstran bernama Bambang Sugianto yang sering
kali mengajaknya berdebat dan membuatnya terpacu untuk menekuni dunia hukum
lebih lanjut. Ditambah lagi dengan pengaruh buku tentang memperjuangkan nasib
buruh yang dia baca, semakin menambah ketertarikannya untuk menekuni dunia
perburuhan. Hingga pada tahun 1996, suami dari Suciwati ini mendirikan Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Dari sanalah tindak
agresifnya demi kemajuan hak asasi manusia semakin terlihat nyata. Tak hanya
Kontras, Munir juga mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia,
Imparsial.
Keadilan.
Barangkali keadilan adalah satu kata yang paling sensitif bagi sebagian besar
orang, khususnya masyarakat Indonesia. Betapa tidak, jika pada orde baru banyak
sekali aktivis hak asasi manusia yang memperjuangkan nasib rakyat lewat jalur
independen dan cenderung menentang pemerintahan yang berkuasa kala itu harus
rela hilang dan tidak kembali atau kembali dalam keadaan tidak bernyawa.
Berhasil digulingkan pada tahun 1998, Indonesia akhirnya ada pada titik yang
disebut reformasi. Namun, berganti menjadi reformasi ternyata tidak berarti
bagi pejuang hak asasi manusia. Lihat saja contohnya, pembunuhan di pesawat
pada aktivis hak asasi manusia yang dikenal sangat tajam dalam mengkritik
pemerintahan, Munir Said Thalib. Berkat memperjuangkan Hak Asasi Manusia, Munir
yang sebelumnya banyak mendapatkan penghargaan di usulkan menjadi pahlawan
nasional. Kini Munir dimakamkan di Pemakaman Umum Kota Batu Jawa Timur.