BJORKA

 

Created by Fadila Alvita Kusuma

Editor by Atik Fadilah





D-2

Suara ketikan keyboard nyaring terdengar memenuhi ruangan yang cukup luas seukuran dengan kamar pada umumnya itu, ditambahan dengan lampu kelap-kelip RGB berwarna hijau, merah, dan biru. Seorang perempuan tengah melihat beberapa monitor di hadapannya. Tidak hanya ada satu, tetapi tiga hingga empat monitor yang terhubung pada empat keyboard yang berbeda. Dia sangat lancar mengetikkan sesuatu pada keyboard yang memunculkan warna saat digunakan. Di depannya terpampang berbagai macam kode-kode berwarna hijau yang sangat rumit dan hanya diketahui oleh beberapa orang saja.

“Bagaimana perkembangan sistemnya?” Tanya seorang pria yang tiba-tiba saja  masuk ke ruangannya sembari menenteng sebuah gelas yang berisi kopi panas.

Pria itu berpakaian cukup rapi dengan dasi yang dilonggarkan dan lengan kemeja yang tergulung sampai siku. Ia lantas meletakkan minumannya di salah satu meja sambil duduk dengan mengangkat kedua kakinya ke atas meja. Oh, jangan lupakan juga goyangan kaki dan senyum sinis yang tertera di wajahnya.

Seolah tidak terkejut dengan kedatangan pria tersebut, gadis itu tidak mengalihkan pandangnya sekalipun dari monitor. Saking fokusnya, perlu beberapa saat hingga mampu menjawab pertanyaan orang di sampingnya itu. Dengan suara keras, gadis bernama Adera itu menekan tombol ‘enter’ dan bersorak girang. Lantas setelah itu, ia baru bisa memutarkan kursinya pada pria yang bertanya kepadanya tadi.

“Percobaan beberapa sistem sudah siap. Backdoor yang dipasang sudah siap. Anak-anak juga siap untuk backup keperluan nantinya.”

Senyum pria tersebut semakin lebar tatkala mengetahui misinya sebentar lagi akan berhasil. Tinggal selangkah lagi dan ia akan mengobrak-abrik reputasi yang selama ini susah payah ‘mereka’ buat. Pria itu menurunkan kakinya dengan kedua tangan yang saling menyatu di atas lutut, juga senyum khas yang sedari tadi menghiasi wajahnya. Di kepalanya juga sudah penuh dengan berbagai rencana yang telah dia susun.

 

D-Day

“Dalam beberapa menit ke depan, saya minta kalian untuk meretas berbagai situs pemerintahan dan jangan sampai meleset. Harusnya kalian bisa mendapatkan dalam beberapa detik, karena sistem keamanan di Negara Enhet tidak sesulit itu.” Perintah Adera.

Adera berkeliling di ruangan itu untuk memastikan semua sistem terpasang dengan benar dan tidak ada hal meleset yang jauh dari perkiraan. Namun, bukan berarti ia tidak mempertimbangkan plan lain untuk menyukseskan misinya ini. Dia juga tidak mau kehilangan uang sebesar $75.000 karena kecerobohan dirinya ataupun tim.

Seseorang mengacungkan tangannya dan segera mendapat perhatian dari Adera, “kita mau pakai nama siapa?” tanya orang itu.

Oh, betapa bodoh dirinya tidak memikirkan nama yang pas untuk misi kali ini. Ia tidak mungkin memasukkan nama samarannya selama ini. Terlalu beresiko meski ia yakin dirinya tidak akan terkena masalah besar. Adera masih berpikir sembari melihat sekitar. Semua menunggu Adera membuat keputusan. Pandangannya terpaku pada sebuah foto pohon dengan kulit halus dan cabang tipis, khas milik negara di Eropa bagian utara.

Pohon Birch, batinnya.

“Bjorka. Pakai nama itu.” Kata Adera.

Bunyi peraduan ketikan keyboard memenuhi seisi ruangan. Adera yang mendengarnya merasa sangat tenang dan memejamkan matanya. Tidak ada suara yang lebih indah selain mendengarkan ketikan keyboard yang saling beradu. Dia merasa tenang setelah berhari-hari tidak memejamkan mata.

“Botnet sudah berhasil dipasang. Langkah selanjutnya, kami akan masuk dan menyebarkan data-data mereka,” lapor anggota tim pada Adera.

“Bagus. Jangan sampai ada informasi yang tertinggal atau mereka tidak akan membayar sisanya,” perintah Adera pada anak buahnya.

Kini Adera sedang memantau perkembangan informasi dari monitor miliknya. Matanya tertuju pada sistem yang sedang melakukan proses loading untuk masuk dan menyebarkan informasi. Tidak berselang lama, proses tersebut mencapai 100% yang artinya, ia dapat membaca beragam jenis informasi yang tersaji disana. Data masyarakat Enhet, dari nama hingga alamat, nomor-nomor petugas kementrian, beragam invoice dan surat menyurat yang sifatnya rahasia, serta beragam data lainnya.

Mungkin ia bisa memakai data-data masyarakat Enhet nanti, tapi saat ini fokusnya adalah para pegawai pemerintah hingga presiden. Untuk itu, ia hanya akan menyimpan data-data tersebut, Entah nanti dipakai atau tidak. Mata dan tangannya kompak melakukan berbagai gerakan untuk menyebarkan informasi milik pegawai pemerintah serta presiden. Dengan satu klik saja, kini data tersebut tersebar di seluruh media sosial. Adera merasa puas dan langsung bertepuk tangan karena tugasnya telah selesai. Kini dia tinggal menghubungi pelanggannya itu untuk meminta sisa imbalan yang belum diterimanya.

 

D+7

Seseorang melempar koran dengan sembarang ke meja Adera, yang langsung membuat Adera melirik untuk mengetahui apa isinya. Sebuah headline berjudul “Siapa Bjorka, Hacker yang Merusak Citra Baik Pemerintah?”

Pria yang tempo hari meminta bantuannya itu, kini semakin bertindak jumawa setelah berhasil merusak tatanan pemerintahan. Seseorang yang ia tahu merupakan pihak oposisi yang tidak ingin presiden saat ini maju kembali pada putaran kedua pemerintahan. Orang yang kini datang dengan setelan jas lengkap yang rapi. Yah, posisinya sebagai sekretaris presiden membuatnya harus menjadi garda terdepan untuk kasus ini. Seseorang yang juga ditugaskan untuk melengserkan posisi kepresidenan. Para penguasa lain yang mengendalikan sistem perekonomian dan politik negara dengan posisi yang mengerikan.

“Tidak salah saya mempercayakan misi ini kepada anda. Kini tinggal menunggu presiden untuk menghabiskan masa jabatannya dan tidak akan ada lagi calon kuat yang datang dari partai itu.” Tawanya kini memenuhi ruangan. Bayangkan saja ruangan yang hanya terisi dua orang itu menggema karena suara tawa satu orang.

“Senang bekerja dengan Anda,” ucap Adera sambil menundukkan kepala sebentar.

Pria itu membalasnya dengan senyum licik dengan dua jari yang diayunkan dari pelipis ke depan. Ia lantas pergi dari tempat itu sambil tertawa.

Kini tinggal Adera yang ada di ruangan itu. Ia masih mempertahankan pandangan pada pria yang saat ini sudah masuk ke dalam mobil dan menjalankan kendaraannya meninggalkan tempat itu. Adera memiringkan kepala dan tersenyum. Pandangannya beralih ke arah handphone yang tengah berbunyi dan menampilkan  nomor tidak dikenal, tanpa babibu Adera langsung mengangkatnya.

“Saya terkesima, karena kamu bisa melaksanakan tugas ini dengan baik. Sekarang saya tahu siapa saja yang mencoba menusuk saya dari belakang.” Ujar seseorang dari sebrang sana.

“Keamanan. Saya harap anda tidak lupa dengan syarat itu,” balas Adera dan langsung mematikan ponselnya. Ia mengetikkan sesuatu di ponselnya dan meminta timnya agar segera membereskan ruangan ini untuk berpindah. Ia tidak memerlukan ruangan ini lagi karena misinya sudah sukses. Tidak lupa ia membawa foto Pohon Birch.

Kehidupannya yang berpindah-pindah dan ikut campur ke permasalahan personal hingga kepentingan umum sudah menjadi kesehariannya. Ia tidak peduli dengan mereka, selama ia bisa terus mengeruk kekayaan dari pelanggannya.

 

-END-




Lebih baru Lebih lama