Apakah Perempuan Boleh Berpendidikan Tinggi?

 

Created by Rahma Putri

Editor by Atik Fadilah


Sumber Gambar : pexels.com


Rencang.id  Beberapa perempuan mungkin pernah dihujani dengan pernyataan “kamu ngapain sih sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya juga di dapur.” Atau “kamu itu jangan sekolah tingg-tinggi, nanti laki-laki pada minder.” Padahal, pendidikan amat penting bagi perempuan. Tidak hanya untuk perempuan, seluruh umat Muslim memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu.


Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Mujadilah (58):11 yang artinya, “Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.”


Berdasarkan tafsir tahlili, potongan ayat tersebut dapat dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga menuntut ilmu dapat menjadi jalan agar Allah meninggikan derajatnya.


Masyarakat masih beranggapan bahwa tugas perempuan hanya di dapur, di sumur, dan di kasur. Dalam istilah Jawa, macak, masak, manak. Macak artinya berdandan, masak artinya memasak, dan manak artinya memberi keturunan. Sehingga masyarakat banyak yang meremehkannya. Padahal, kodrat perempuan adalah menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui (4M).


Ada banyak alasan mengapa pendidikan penting bagi perempuan. Dalam kehidupan rumah tangga perempuan memiliki peran penting, yakni menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Seperti yang dikatakan Ning Dhomirotul Firdaus dalam postingan instagram @tokohwanita, “menjadi perempuan haruslah cerdas. Sebab ia nanti akan menjadi madrosatul ula bagi anak-anaknya.” Mendidik anak bukan pekerjaan yang mudah, sehingga ilmu dibutuhkan di dalamnya. Maka, tidak ada yang sia-sia jika perempuan bersekolah tinggi. Perkembangan teknologi yang cepat, mengharuskan seorang ibu pandai mengawasi anak-anaknya agar tidak salah jalan.


Alasan kedua, perempuan berpendidikan tidak akan mudah ditipu. Karena pendidikan merupakan kunci perkembangan dan kualitas diri seseorang. Sehingga dengan pendidikan, pola pikir wanita akan meningkat dan mampu menyaring informasi yang diterima.


Alasan lain, wanita harus mandiri dan tidak selalu bergantung dengan laki-laki. Sebab, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Misalnya wanita dihadapkan dengan permasalahan ekonomi dalam rumah tangganya, maka bekal ilmu dan gelar yang disandang akan membantunya dalam berkarir. Dalam unggahan video NU Online, Ning Imaz Fatimatuzzahro seorang pengasuh Pondok Pesantren Putri Al Ihsan Lirboyo mengatakan, perempuan jika bukan akal dan juga agama yang jadi pegangannya, maka ia akan menjadi gila sebab perasaannya.


Manfaat pendidikan sejatinya untuk dirinya sendiri, kemudian manfaatnya meluas untuk masyarakat. Sehingga perempuan harus senang dalam menuntut ilmu agar bermanfaat untuk banyak orang. Seperti yang dituliskan Ning Khilma Anis beberapa waktu lalu tentang Astabrata (delapan laku seseorang bila menjalankan kepemimpinan). Salah satunya adalah hambeging suryo (watak matahari). Maksudnya, perempuan akan terus menjadi penerang dan selalu memberikan pencerahan untuk orang lain. Itulah sebab perempuan harus banyak belajar, seneng sinau, tresno sama ilmu, mencari pengetahuan seluas-luasnya dan setinggi-tingginya.

Lebih baru Lebih lama