Sosok Luhut Binsar Panjaitan yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kabinet Indonesia Maju (2019-sekarang), kerap kali dinilai menjadi salah satu orang yang kebijakannya cukup berpengaruh di negeri ini.. Hal itu tidak terlepas karena rekam jejak karir mentereng dari pria yang kini telah menginjak usia 73 tahun. Sebelum ditunjuk menjadi salah satu Menteri Kabinet Indonesia Maju, dirinya pernah juga beberapa kali memangku jabatan strategis di militer maupun politik.
Dikutip dari situs voi.id, perjalanan karir dari Luhut Binsar Panjaitan yakni dimulai setelah ia lulus dari Akademi Militer Nasional di Magelang, Jawa Tengah sebagai lulusan dengan predikat terbaik (1970). Luhut muda mulai bergabung dengan Kopassus (Komando Pasukan Khusus) pada tahun 1976. Yang mana berawal dari Kopassus itu juga Luhut dikenal berhubungan ataupun berkawan baik dengan juniornya yakni Prabowo Subianto.
Setelah itu jabatan Luhut lambat laun meningkat juga, dari posisi Komandan Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar di Bandung, Jawa Barat, Asisten Operasi Markas Kopassus, Komandan Pertama Detasemen 81 (Detasemen Penaggulangan Teror (Gultor) 81), Komandan Pusat Kesenjataan Infantri di Bandung, Jawa Barat, Komandan Korem Madiun, Jawa Timur - 1995, dan terakhir karirnya di militer berakhir di posisi Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) dan Latihan TNI Angkatan Darat di Bandung, Jawa Barat.
Luhut sempat juga menjadi seorang Duta Besar RI Berkuasa Penuh untuk Singapura selama setahunan (1999-2000), dimana ia berhasil mengembalikan kembali hubungan Indonesia dengan negara Singapura yang sempat renggang. Di era pemerintahan Gus Dur jabatannya semakin naik karena terpilih sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan (2000-2001). Namun akibat faktor politik yang terus memanas dan lengsernya Gus Dur, Luhut pun terkena imbasnya juga.
Dari situ menjadi awal bagi Luhut, selain berprofesi sebagai pengusaha dia juga memilih aktif di dunia per-politikan. Ia bergabung dengan Partai Golongan Karya dan sempat merasakan jabatan sebagai Wakil Ketua DPP selama periode tahun 2008-2014. Namun saat mendekati pemilihan presiden baru tahun 2014an, Luhut memilih keluar dari partai Golkar dan memutuskan untuk merapatkan barisan pada kubu Jokowi-Jusuf Kalla. Hal itu ternyata berbuah manis, pihak yang di dukungnya nyatanya menang dan disitulah akhirnya Luhut terpilih juga sebagai Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Kabinet Indonesia Kerja (2014-2015).
Karena adanya reshuffle atau pergantian kabinet oleh Jokowi, Luhut dipindah tugaskan dan mengisi posisi Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Kabinet Indonesia Kerja (2015-2016). Tahun berikutnya berganti lagi, digeser menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Kabinet Indonesia Kerja (2016-2019).
Atas terpilihnya lagi Jokowi menjadi presiden, Luhut kembali mendapatkan posisi di Kementrian yang sama, tetapi tugasnya bertambah dengan mengurusi soal investasi asing juga. Yakni sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kabinet Indonesia Maju periode 2019-sekarang.
Tidak hanya terkenal sebagai seorang menteri yang akrab atau bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu tangan kanan dari presiden. Luhut sering kali terlihat kontroversial juga di mata publik, apalagi jika berkaitan dengan isu yang santer terdengar akhir-akhir ini. Yang tidak lain adalah tentang pro-kontra proyek seperti taman dinosaurus di film “Jurassic Park” yang telah mulai berlangsung di Pulau Komodo pada tahun ini. Kali ini Luhut juga disebut-sebut sebagai sosok pencetus sekaligus penggagas ide dari proyek tersebut.
Seperti pernyataan yang pernah dikutip oleh detiktravel tahun 2019 lalu, dirinya secara langsung mengungkapkan bahwa “Itu kayak dinosaurus (Jurassic Park) di Komodo, mau dibikin research center. Kita mau atur supaya nggak semrawut. Jadi jangan khawatir enggak dapat kerjaan. Dengan adanya penataan begini, maka nanti penduduk setempat akan lebih sejahtera,” (saat Luhut ditemui di kantor KemenKo Kemaritiman, Jakarta Pusat).
Namun tidak hanya berhenti disitu saja, untuk mendukung pengembangan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal di usulkan sebagai wisata premium, ada pembahasan juga menyoal harga tiket masuknya. Yang mana bisa berkisar antara US$ 1.000-2.000 atau Rp. 14-28 juta perorang. Sedangkan untuk pengunjung non-premium masih bisa melihat Komodo di habitat aslinya, tetapi akan di alihkan ke pulau lain bukan di Pulau Komodo.
“Jadi nanti orang filantropis yang kaya-kaya itu mungkin dia mempunyai tiket untuk dihargai US$ 1.000 kah atau berapa ribu dolar itu pertahun. Orang-orang yang punya tiket inilah yang bisa masuk ke situ (Pulau Komodo),”. ujar Luhut (07/10/2019). Tetapi hal itu masih belum final, bahkan angkanya bisa lebih besar lagi.
“Iya itu contoh, bisa saja angkanya US$ 2.000. Jadi kamu filantropis misalnya, ini kan world heritage, world heritage itu kan penting,” tambahnya dikutip dari CNBC Indonesia.
Tetapi pada kenyataannya tidak semudah itu, akhir-akhir ini proyek “Jurassic Park” yang telah mulai dilakukan di Pulau Komodo maupun taman nasional yang mengelilinginya tersebut, mengalami sejumlah penolakan dari beberapa aktivis lingkungan dan masyarakat juga.. Karena hal itu dianggap tidak akan berpihak pada alam, hewan (menganggu kelangsungan ekosistem di kawasan Taman Nasional Komodo) dan juga masyarakat sekitar. Konservasi dihantam oleh investasi ini, yang mana seakan menunjukkan bahwasanya proyek ini hanya mengedepankan aspek ekonomi belaka. Pemerintah juga dianggap telah menjadikan kemiskinan di Labuan Bajo hanya sebagai komoditas politik, yang mengkonversi lahan konservasi menjadi lahan investasi.
Mengutip dari Tirto.id, bahwasanya Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Arie Rompas menilai bahwa pemerintah telah menabrak regulasinya sendiri. TNK merupakan kawasan konservasi yang tidak bisa di intervensi oleh manusia dan bisnis. Apalagi pihak UNESCO, telah menetapkannya sebagai warisan dunia yang harus dilindungi sejak 1991.
“Melihat keunikan komodo, itu harusnya dilindungi. Dan, memang (kawasan) konservasi enggak diapa-apain. Ada pengecualaian wilayah yang bisa digunakan”. Menurutnya juga pembangunan ini akan mempertegas bahwa pemerintahan Jokowi tidak lagi memiliki perspektif perlindungan lingkungan. “Pemerintah Jokowi seperti tidak ada arah. Walau dia bilang tidak ada visi misi menteri, ujung tombak pemerintahan ini malah Pak Luhut; dia mencanangkan wisata premium di Pulau Komodo dan wilayah lain,” katanya.
Penulis: Anisa Rahma
Beberapa sumber rujukan:
https://travel.detik.com/travel-news/d-4742464/rencana-luhut-pulau-komodo-dijadikan-jurassic-park
https://haluan.co/article/Pemerintah-akan-Sulap-Pulau-Komodo-Jadi-Taman-Dinosaurus-Jurassic-Park
https://voi.id/berita/4484/siapa-luhut-binsar-panjaitan