Tak Kenal Lelah Menggapai Asa

Panggil saja Mbah Sarti, wanita berusia 63 tahun yang masih bersemangat menjalani kerasnya hidup demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Usianya yang sudah tidak lagi muda, nyatanya tidak menurunkan semangat Mbah Sarti sedikitpun dalam setiap pekerjaannya untuk mencari nafkah bagi dirinya dan anak cucunya. Semua pekerjaan pun ia sanggupi, "asal halal" begitulah prinsipnya. Meskipun badannya sudah tidak sekuat dulu lagi, namun semangatnya patut diacungi jempol. Setiap hari ia bekerja dari pagi sampai sore, dan jarang sekali bahkan tidak pernah sekalipun ia mengeluh dengan apa yang sedang dijalani saat ini, yang ia tau hanya berusaha dan tetap bersyukur dengan apa yang sudah dimilikinya sekarang.

Mbah Sarti ini seorang janda yang dikarunia 2 anak perempuan, tetapi mereka sudah berkeluarga. Mbah Sarti juga sudah memiliki 7 cucu. Meski tak lagi muda, beliau tetap bekerja serabutan dan bisa disebut sebagai wonder woman. Karena selain pekerjaan perempuan yang digarap, pekerjaan seorang lelaki pun sanggup juga ia jalani. Seperti mencangkul di sawah, menanam padi, menanam benih padi, menyemprot hama dan lain sebagainya. Beliau bekerja dan merawat sendiri sawahnya sampai panen tiba. Selain itu, Mbah Sarti biasanya juga menanam padi di sawah milik orang lain dengan upah uang dan makanan.

Tidak hanya menanam padi, jika disuruh orang untuk memanen terong, bawang merah, serta pare di tegal (sawah) yang diberi upah, juga akan beliau sanggupi. Dalam kesehariannya pun, Mbah Sarti masih memiliki sampingan merawat hewan ternak, seperti ayam kampung, kambing, dan  sapi. "Kalau sapi, biasanya saya minta hasil remahan jerami yang habis dipanen, untuk makanan sapi. Sebelum dikasihkan ke sapi langsung, jerami itu dijemur dulu biar awet dan mengenyangkan", ungkap Mbah Sarti.

Karena, yang mencari jerami buat makan sapi ataupun ternak lain kebanyakan bapak-bapak atau laki-laki entah itu muda ataupun masih bocah. Rasa malu, ditepis Mbah Sarti. Karena jika menurut beliau benar kenapa harus malu, yang penting tidak mengganggu urusan orang lain. Mulia sekali ya hati Mbah Sarti ini. Tak berhenti di situ, beliau juga bisa menebang pohon, bercocok tanam di kebun sendiri dengan mencangkul sendiri pula. Jika tidak ada yang pekerjaaan di sawah, beliau memilih untuk bersih-bersih di rumah, seperti dengan nyapu kebun, nanam singkong, ataupun mencari kayu bakar. Meski sudah ada kompor gas, tapi Mbah Sarti tetap mencari di kebun untuk berjaga-jaga, bila sewaktu-waktu ingin masak di dapur tradisional menggunakan kayu.

Dengan menanam padi di sawah orang lain, biasanya Mbah Sarti akan mendapatkan upah kurang lebih sekitar Rp.50.000 serta sisa jatah makanan yang dimakan ketika di sawah. Sesekali mengeluh, karena kaki bagian dengkul atau lututnya terasa sakit dari faktor usia. Tapi kata Mbah Sarti, jika istirahat pasti akan sembuh sendiri. Mbah Sarti hidup sederhana dan apa adanya. Makan tidak pilih-pilih dan selalu bersyukur atas nikmat Tuhan.

Biasanya Mbah Sarti bekerja mulai dari subuh atau pagi sampai sore, dan hal tersebut telah menjadi rutinitas. Istirahat ketika malam saja. Namun apabila saat siang agak longgar, bisa ia gunakan untuk beistirahat sejenak lalu melanjutkan pekerjaannya lagi. Pesan untuk anak muda, jangan sampai menua tak berarti. Jangan menyia-nyiakan waktu juga, karena waktu tidak akan bisa diulang meski sedetik pun.

 

Penulis : Ali Arfan

Editor: Anisa Rahma

Lebih baru Lebih lama