Preman Pensiun yang Terlihat Sangar, Namun Nyatanya Berjiwa Sosial dan Sosok Humoris


Pria kelahiran Solo yang telah berumur hampir setengah abad ini sering di panggil Mas Warok/ De warok. Mas Warok adalah seorang mantan preman di Solo dan pensiun sejak tahun 2000. Walau sudah pensiun dari preman, sekilas Mas Warok masih terlihat sangar. Namun jangan salah kira dibalik wajah sangarnya, ternyata ia memiliki sifat yang humoris, baik hati, dan berjiwa sosial. Hobi Mas Warok saat ini adalah bermain musik, kajon alat musik yang sering dimainkannya.

Dari hobinya tersebut juga, Mas Warok membentuk grup musik akustik yang bernama “Trilogi” dan disitu dia berperan sebagai pemukul kajon. Grup musik yang dia bentuk  mempunyai tiga personil yaitu Sapto, Yogik dan Mas Warok sendiri. Grup Trilogi ketika sebelum adanya pandemi Covid19, biasanya tampil di berbagai rumah makan atau kafe-kafe yang menyediakan Live musik. Dalam seminggu hampir setiap harinya pun grup Trilogi ini, bisa diminta tampil di beberapa rumah makan di Solo dan sekitarnya.  Seperti Rumah makan Pecel Solo, Pak Gendut daerah Solo Baru, Polar Bear dan tempat-tempat makan lainnya.

Selain bermain musik Mas Warok mengatakan juga suka membaca buku, untuk mengisi waktu luang ketika sedang libur ataupun saat waktu senggang tidak ada kesibukan lain.  Buku yang sering dia baca adalah seperti novel dan buku lain yang membuat dia tertarik untuk membacanya. Tidak hanya berprofesi sebagai pemain musik Mas Warok sekarang ini juga memilikin usaha berjualan tahu susu khas Jombang.

Awal usaha ini dirintis, karena adanya pandemi Covid19 menyerang Indonesia. Saat itu memaksa kafe-kafe tempat makan tutup dan semua orang dilarang untuk berkerumun juga.  Sehingga hal tersebut berdampak pula kepada grup musiknya, yang menjadi sepi bahkan tidak ada undangan dan pemasukan lagi. Mas Warok akhirnya memilih untuk banting setir menjadi penjual tahu susu, agar tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Modal awal yang harus dirogohnya dalam menjalankan usaha pada mulanya sekitar Rp. 300.000 (tiga ratus ribu rupiah). Sekarang ini untuk penghasilan setiap harinya minimal 50 ribu, tetapi jika dalam kondisi ramai banyak pembeli bisa mendapatkan sampai sekitar 150 ribu (itu sudah merupakan keuntungan bersih).

Mas Warok menjajakan dagangannya di pinggir jalan yang ramai di lewati kendaraan.  Hingga saat ini usaha tahunya masih lancar dan sudah memiliki 3-5 pegawai untuk menjual tahunya setiap hari. Harapannya usahanya ini juga bisa lebih berkembang lagi, agar bisa turut membuka lapangan pekerjaan bagi yang lainnya. “Tidak peduli dengan masa lalu yang pernah saya lewati dan tidak peduli orang bicara apa tentang saya. Selagi masih bisa berubah dan ada kesempatan gapailah, tidak ada sebuah perjuangan yang sia-sia walau gagal 1000 kali pun, pasti akhirnya akan bisa berhasil, ucap Mas Warok.

 

Penulis: Agus Romdoni

Editor: Anisa Rahma

Lebih baru Lebih lama