Sebelum atau sesudah pandemi menyapa dunia, nyatanya tidak menyurutkan seseorang dalam bekerja demi mengais rezeki. Tak terkecuali bagi seorang nenek yang menjajakan lapaknya di Pasar Glondongan Kecamatan Polokarto yang berada di Kabupaten Sukoharjo. Sebut saja Mbah Narso, kurang lebih berusia 75 tahun. Mbah Narso yang mempunyai nama lengkap Narso Sugiyem ini merupakan salah satu pedagang makanan tradisional. Makanan yang biasa dijualnya berupa kue klepon, kue lapis, dan serabi. Mbah Narso berjualan kurang lebih hampir 45 tahun lamanya.
Setiap harinya Mbah Narso berjualan dari Subuh (sekitar 03.30 WIB) sampai pagi (sekitar pukul 07.00 WIB). Dulu Mbah Narso berangkat ke pasar dengan jalan kaki yang menempuh jarak kurang lebih 4 kilometer dari rumahnya. Namun sekarang, Mbah Narso memilih naik ojek saat ingin berangkat berjualan ke pasar. Lalu, ketika pulang dijemput oleh anak atau cucunya.
Mbah Narso mengeluarkan modal sekitar Rp.70.000 per-harinya, untuk kebutuhan jualannya dengan membeli bahan-bahan, seperti tepung beras, tepung ketan, gula aren, kelapa, pewarna makanan, dan lain-lain.
Setiap harinya, pendapatan Mbah Narso dari penjualan makanan tradisional ini tidak menentu, kadang bisa Rp.150.000 sampai Rp.200.000. Akan tetapi Mbah Narso melakukannya dengan penuh semangat dan tidak mengeluh. Biasanya beliau berjualan dengan menggunakan “tenggok” (wadah bakul anyaman dari bambu), dengan digendong di punggung rentanya menggunakan jarik kecil.
“Mboten napa-napa sithik-sithik disyukuri sek penting ajeg (Tidak apa-apa sedikit-sedikit disyukuri yang penting ada tiap harinya)”, kata Mbah Narso. Seringkali dipandang sebelah mata karena penghasilan yang didapat tidak seberapa. Namun hal itu dianggap sudah biasa, yang penting bagaimana caranya agar kita bisa bertahan hidup itu yang luar biasa. Walau anak-anaknya sudah berkeluarga dan hidup berkecukupan, tapi Mbah Narso tidak ingin merepotkan anak beserta cucunya.
“Wong saya masih kuat berjualan nduk, insyaallah diparingi seger waras kalih sek ndamel urip (Saya masih kuat berjualan nak, insyaallah selalu diberi kesehatan oleh Allah)”, ungkap Mbah Narso. Dalam kondisi pandemi seperti ini Mbah Narso tetap berjualan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Namun, tidak seperti yang dulu, karena situasinya pun sudah berbeda. Walau begitu, tetap tidak mengurangi semangat Mbah Narso, karena selain jualan di Pasar beliau juga jualan di rumah. Artinya jika dagangannya kurang laku, maka dilanjutkan di rumah atau dimakan sendiri.
Jika ada yang beli sering kali dilebihkan, hitung-hitung ia anggap sebagai amal berbagi. Mbah Narso sangat handal serta berpengalaman dalam membuat makanan tradisional (serabi, kue klepon, kue lapis), selain itu juga beliau dikenal sosok yang ramah, dermawan, dan sederhana. Intinya rasa kue tradisional buatannya ini berbeda dari yang lain, karena beliau menggunakan cara dan bahan yang sederhana dengan tetap mempertahankan ciri khas ketradisionalnya. Hal yang dapat dipetik dari celotehan tulisan ini, ialah mumpung masih muda semangatnya jangan mau dikalah sama yang lebih tua.
Penulis: Puput Enggar P.
Editor: Anisa Rahma P.