Pendidikan di Masa Pandemi


 

Dari awal tahun 2020 sudah terjadi ledakan besar oleh mahkluk yang tak terlihat ukuran maupun bentuknya, namun hampir menggoncang kesehatan manusia yang ada diseluruh negeri.  Sakit yang tiba-tiba diderita yaitu  batuk kering, flu, sesak nafas dan bahkan kematian. Akhirnya semua dihimbau agar selalu menjaga kebersihan dan karantina di rumah. Sudah lebih dari enam bulan beraktivitas di rumah aja, kegiatan-kegiatan besar batal, acara-acara ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan, dan public place sebagian ditutup.

Begitupun bagi mahasiswa yang menjalani perkuliahan daring semasa pandemi ini. Banyak keluh kesah sambatan yang terlontar dari mulut para generasi milenial ini. Rebahan bukan hanya jadi favorit tapi kegilaan. Berbagai posisi rebahan sudah dikerahkan, outfit of the day (ootd) ala mahasiswa hitz nampaknya tidak terpakai. Tak jarang mahasiswa saat kuliah online seperti ini yang penting menggunakan almamater, meskipun bawahnya koloran. Mwehehe.

Bagaimanapun juga, masa seperti ini tidak cocok bagi pertumbuhan otak para pelajar yang ingin terjun dalam suasana teori langsung dan praktek. Beberapa orang yang seharusnya menemukan ide-ide baru ditempat yang sesuai, malah terbatas hanya dalam sepetak kamar yang digelutinya setiap hari. Pandemi menghentikan rutinitas manusia, membuat tukang sambat semakin banyak sambat. Tukang rebahan semakin nempel kasur. Jasa titip absen semakin kehilangan pekerjaannya karena presensi e-learning tidak bisa diwakilkan.

Tak sedikit mulut mahasiswa kemana-mana mengajukan protes agar dosen pengajarnya mau menindaklanjuti tentang usulan perkuliahan offline (tatap muka). Bagi mereka yang berbikir bijak mungkin hal seperti ini adalah waktu yang tepat untuk mahasiswa lebih berfikir kreatif. Mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan serta menghasilkan suatu karya. Tetapi menurut saya pribadi dan teman-teman, kuliah online menjadi tidak efektif apabila dosen malah membebani mahasiswa dengan tugas yang bertumpuk setiap harinya. Susahnya lagi, jika ada mata kuliah praktikum yang terpaksa dilakukan secara daring. Bukannya paham, malah tambah runyam.

Disamping kemajuan teknologi internet yang saat ini berkembang pesat, memudahkan kita dalam berinteraksi tanpa harus tatap muka. Sehingga di masa pandemi ini pembelajaran hanya melalui media online seperti  Live Zoom, Google Classrom, Google Meet, bahkan Youtube membuat mahasiswa semakin tak terpantau. Sebab, disaat kuliah online saya yakin tak sedikit mahasiswa yang tertidur di jam kuliah pagi, siangnya malah masih tidur, sore bangun, malam nongkrong. Gitu aja terus siklusnya. Dan yang menjadi poin minusnya lagi dalam perkuliahan daring, proses pembelajaran yang kurang terstruktur seringkali membuat mood down karena berbagai kendala. Salah satu yang sering terjadi dalam kuliah daring yaitu ketidakstabilan koneksi internet, baik itu dari dosen ataupun mahasiswa yang kadang membuat proses pemyampaian materi atau sesi tanya jawab menjadi terhambat.

Perihal koneksi buruk sebenarnya juga menguntungkan bagi mahasiswa. Bayangin aja misal mahasiswa yang sedang melakasanakan ujian seminar proposal, saat ditanya oleh dosen pembimbing, bisa saja ia beralasan "Aduh pak, koneksi buruk. Bapak tadi tanya prihal apa ya?" atau model mahasiswa yang sengaja ngomong dengan intonasi terbata-bata "gi-ma-na pak ta-di? Ma-af pu-tus-pu-tus si-nyalnya je-lek". Hedeehh emang sih mahasiswa semakin kreatif dikala pandemi.

 

Penulis : Indah Aprianti

Editor : Alfida Nurcholisah

Lebih baru Lebih lama