Menginspirasi, Kisah Penjual Pisang Selama Lebih dari 4 Dekade

 

 

BOYOLALI - Mbah Sukinem namanya, seorang penjual pisang yang telah berjualan selama lebih dari empat dekade. Mbah Sukinem saat ini berumur lebih dari 60 tahun, tetapi masih aktif berjualan di area Pasar Simo, Kabupaten Boyolali. Ketika ditemui (25/9), saat itu beliau sedang melayani pembeli, sembari ia bercerita bahwa setiap hari aktif berjualan pisang di area Pasar Simo sudah sejak 45 tahun yang lalu. Mbah Sukinem mengatakan untuk setiap harinya, bisa membawa setidaknya 30 lirang pisang yang akan dijual.

Kesehariannya Mbah Sukinem berangkat dari rumah ke pasar, pagi hari sejak pukul 03.00 WIB. Yakni dengan menggunakan mobil pick up, yang akan membawanya beserta keranjang berisi seluruh pisang jualannya. Mbah Sukinem menjajakan pisang untuk menyambung hidup dan untuk menghabiskan masa senja. Menurutnya, daripada ongkang-ongkang kaki atau hanya bersantai dirumah, lebih baik ia memilih berjualan agar badan menjadi sehat dan poin plusnya juga mendapat untung dari pisang yang telah laku terjual. Mbah Sukinem menambahkan pula, bahwa jika hanya duduk diam dirumah beliau malah akan merasakan sakit pada badan-badannya

Jilbab merah tampak menghiasi kepalanya dengan duduk di atas kursi kayu menunggu pembeli datang. Dengan tas biru navy yang melilit di pinggang dan tak lupa juga mengenakan masker merah selama pandemi ini, beliau mengatakan “Jualan pisang sudah lama, sebelum menikah. Mungkin dari sekitar umur 18 atau 20 tahunan”. Warga Desa Jaten, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali itu mengaku sejak dulu sudah berjualan pisang sedari umur masih muda dan juga tidak pernah berpindah tempat jualan.

Walaupun usianya sudah menginjak lebih dari 60 tahun Mbah Sukinem tetap bersemangat dan tidak kalah dengan anak-anak yang masih muda. Mbah Sukinem menggunakan keranjang sebagai tempat pisang-pisang yang dijualnya. Pisang yang dijual pun masih sangat segar dan manis-manis. Ada banyak jenis pisang yang dijual oleh wanita yang mempunyai sepuluh cucu dan empat anak tersebut. Diantaranya seperti ada pisang raja, pisang ambon, pisang barangan, pisang mas dan pisang kepok. Untuk harganya pun berbeda-beda, tergantung jenis pisang apa yang ingin dibeli.

Jika pisang yang jualannya cepat laku, Mbah Sukinem sudah bisa pulang selepas dzuhur. Namun bila sepi pembeli, terpaksa beliau akan terus menunggu hingga sore hari. Semisal pisangnya ternyata juga tidak habis terjual atau masih bersisa, beliau memilih untuk memberikannya kepada anak-anak yatim yang ada di dekat rumahnya.

Dari Mbah Sukinem kita bisa sedikit belajar, bahwa dalam menjalani hidup harus selalu bersyukur pada Allah dari apapun yang kita punya dan apapun yang sedang kita jalani saat ini. Tidak perlu sombong terhadap apa yang kita punya, serta tidak usah pula mengeluh terhadap apa yang kita inginkan, namun belum mampu terealisasikan. Selalu mengingat, diatas langit masih ada langit dan dibawah langit pun masih ada langit.

 

Penulis: Laela Larasati

Editor: Anisa Rahma P.

Lebih baru Lebih lama