Mendulang Rupiah dari Hasil Menyulap Limbah Kayu Menjadi Wadah Bandeng Presto


Jika biasanya oleh sebagian orang, bekas potongan kayu dari pabrik kayu hanya dibuang begitu saja atau bahkan sekadar dijadikan kayu bakar untuk memasak. Namun berbeda halnya bila di tangan kreatif Ibu Suyatmi (44) warga Dukuh Dadimulyo, Bendo, Nogosari, Boyolali yang memanfaatkan kayu bekas untuk dijadikan sesuatu produk yang memiliki kegunaan dan nilai jual lumayan tinggi. Ibu Suyatmi atau yang sering dipanggil dengan sebutan Lik Mi ini, sudah hampir 2 tahun  menekuni usaha membuat wadah untuk ikan bandeng presto. Awalnya perempuan kelahiran 1976 ini merasa sedikit ragu untuk mengawali usahanya dalam membuat wadah bandeng presto, tetapi berbekal keyakinan dan ketekunan akhirnya beliau berhasil menjalankan usaha ini yang dibantu oleh suami dan anak-anaknya.

Sebelum mendirikan usaha ini, Ibu Suyatmi hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Yang mana keluarganya termasuk golongan menengah kebawah. Suaminya sendiri bekerja sebagai montir disalah satu bengkel dekat rumahnya. Pendapatan suaminya tersebut tidak menentu, hanya cukup untuk kebutuhan pokok sehari-hari. Hingga suatu ketika suami dari Ibu Suyatmi ini berhenti dari tempat kerjanya karena ada suatu masalah. Mulai saat itu, Ibu Suyatmi mulai kebingungan. Karena setelah suaminya berhenti bekerja, ekonomi rumah tangganya tidak ada pemasukan sama sekali. Sampai pada akhirnya didekat rumahnya berdiri sebuah pabrik kayu. Disitu Ibu Suyatmi sering melihat ada tumpukan kayu bekas yang hanya dibuang begitu saja. Lalu beliau memiliki sebuah ide, bagaimana jika kayu-kayu tersebut dijadikan produk yang bernilai jual lumayan untuk membantu ekonominya sehari-hari. Sehingga akhirnya beliau memutuskan untuk membeli kayu bekas itu dengan berbekal sisa uang tabungan yang ia miliki dan bertekad untuk memulai usahanya.

Dengan adanya limbah kayu yang telah dibelinya dari pabrik itu, Ibu Suyatmi mulai menggunakannya untuk membuat wadah ikan bandeng presto. Untuk penjualannya sendiri, beliau juga mencari tengkulak yang dekat dengan tempat tinggalnya. Beruntung, Ibu Suyatmi memiliki saudara jauh, yang ternyata juga memiliki usaha serupa. Hingga akhirnya beliau diberi tahu oleh saudaranya tersebut, bahwa ada tengkulak yang memang tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Awalnya usaha Ibu Suyatmi juga tidak begitu berjalan mulus saja, karena ternyata setelah suaminya berhenti dari pekerjaannya. Suami dari Ibu Suyatmi mengalami depresi/ gangguan jiwa yang mengharuskannya untuk dirawat di rumah sakit, hingga kurang lebih selama satu bulan. Hal. tersebut juga menjadikan ujian tersendiri bagi Ibu Suyatmi, tetapi beliau tidak menyerah disitu saja. Beliau terus melanjutkan usahanya dalam membuat wadah ikan bandeng presto, sembari menunggu suaminya pulang dari Rumah Sakit.

Setelah suaminya dinyatakan sembuh dan diperbolehkan untuk pulang. Ibu Suyatmi semakin bertambah semangat untuk menjalankan usahanya, dengan dibantu oleh suami serta anak-anaknya. Satu kotak wadah ikan bandeng presto dihargai Rp. 500, yang mana setiap harinya Ibu Suyatmi bisa memproduksi kurang lebih hingga sekitar 500 kotak wadah ikan bandeng presto.

Memang pada awalnya perbulan Ibu Suyatmi hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp. 400.000 -  Rp. 800.000. Namun kini seiringnya waktu berjalan, penghasilan dari usahanya tersebut kian bertambah. Setiap bulannya penghasilan Ibu Suyatmi bisa mencapai Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000, karena sekarang jumlah permintaan produk buatannya juga semakin banyak dan telah memiliki pelanggan tetap. Mungkin untuk sebagian orang itu masih terbilang kecil, tetapi untuk Ibu Suyatmi dan keluarganya, sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 

Penulis: Annisa Padma Agustin

Editor: Anisa Rahma Pratiwi

 

Lebih baru Lebih lama