Berprofesi Sederhana, Tapi Memiliki Semangat Luar Biasa di Kala Pandemi

 


Berjualan siomay, profesi yang mungkin sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang penjual siomay adalah profesi yang mulia, karena tujuannya juga untuk mencari rezeki yang halal. Itulah profesi yang sampai saat ini masih dijalani oleh Yono. Sudah selama 8 tahun ini, ia menjadi penjual siomay keliling dengan menggunakan motornya yang telah dimodifikasi sehingga bisa menjadi gerobak dan tempat menaruh dagangannya.

Yono, lelaki (34) warga Desa Wanatira, Paguyangan, Brebes yang menekuni usaha berjualan siomay keliling menggunakan motornya itu, pada awalnya sejak  lulus SMK ia memiliki keinginan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Tetapi karena adanya keterbatasan ekonomi menjadi penghalang baginya. Sempat tidak memiliki pekerjaan selama beberapa waktu, namun akhirnya beliau memutuskan untuk memulai berjualan siomay keliling pada tahun 2012. Karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya.

Lelaki tersebut memilih berjualan siomay keliling di Kecamatan Bumiayu, karena menganggapnya sebagai tempat yang strategis untuk berjualan. Meski daerah itu merupakan kecamatan yang berbeda dari tempat tinggalnya, tetapi letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Dalam menjajakan dagangan, tempat yang biasa ia kunjungi adalah sekolah, seperti SD – SMP di beberapa desa yang ada di sekitar Kecamatan Bumiayu.

Berjualan siomay keliling dijalani oleh Yono setiap hari Sabtu hingga Kamis, dan memilih libur ketika hari Jum'at. Pagi hari dari sekitar pukul 05.00 ia biasanya melakukan persiapan untuk berjualan, mulai dari membuat adonan sampai memasaknya menjadi siomay dan tidak lupa juga membuat bumbu kacang sebagai pelengkap. Lalu dengan menggunakan motornya, ia berangkat dari rumah pukul 08.00 pagi untuk menjajakan dagangannya sampai laku terjual semua.

Di saat pandemi covid-19 seperti ini Yono tidak bisa menjajakan dagangannya di sekolah, karena sekolah sendiri di kondisi sekarang tidak diperbolehkan pelajaran secara tatap muka, tetapi diganti dengan belajar jarak jauh (daring). Hal tersebut memang bukanlah halangan baginya untuk tetap berjualan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun ia harus berganti tempat untuk menjual dagangannya, yakni dengan keliling di beberapa desa yang ada di Kecamatan Bumiayu, diantaranya seperti Desa Sawangan dan Dukuhturi. Saat berkeliling, pelanggannya dari kalangan anak-anak yang biasanya sedang bermain di depan atau sekitar pekarangan rumahnya masing-masing. Beliau tetap berjualan dari pukul 08.00 pagi hingga sore hari pukul 16.00 WIB.

Sebelum terjadi pandemi covid-19, Yono bisa mendapatkan penghasilan mencapai Rp 350.000 - Rp 400.000 per hari, namun kini pendapatannya menurun menjadi Rp 100.000 - 150.000 per hari, dari dampak adanya pandemi covid-19 tersebut. Padahal untuk berjualan ia membutuhkan modal awal sekitar Rp 200.000, sehingga agar tidak rugi Yono lebih memilih mengurangi jualannya menjadi setengah dari biasanya. Untuk modal berjualan sekarang juga bisa dipangkas, menjadi sekitar Rp 80.000 - Rp 110.000 setiap pembuatan siomay dan bumbunya. Meski pendapatannya berkurang, Yono mengaku tetap bersyukur dan semangat dalam mencari nafkah di saat pandemi seperti sekarang.

 

Oleh: Muhammad Khanafi

Editor: Anisa Rahma P.


Lebih baru Lebih lama